Afid, pembicara diskusi sedang menyampaikan materi //Foto: Ozy |
Semarang, EdukasiOnline– “Ada
Apa dengan Kampus?”, sebuah tema yang diusung oleh Aliansi Mahasiswa
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dalam diskusinya, Rabu (26/04) kemarin
di samping Auditorium 2 Kampus 3. Sejak transformasi dari IAIN menjadi UIN
sejak 2014 lalu, kampus senantiasa berhias dan membangun wajah baru, bahkan
pembangunan gedung menjulang tinggi menjadi pemandangan baru di kampus.
Setelah banyak
mahasiswa yang berkumpul, diskusi ini pun dimulai dengan pemaparan masalah dari
Afid Khomsani, salah satu pembicara. Banyak masalah yang dieluhkan Afid, mulai
dari carut marutnya TOEFL dan IMKA, Regulasi Anggaran KKN, Poliklinik,
administrasi kemahasiswaan, hingga tranparansi Uang Kuliah Tunggal (UKT) pun
masih belum menemukan titik terang. “Sarana dan prasarana semakin tidak
bersahabat, namun UKT semakin mencekik. UIN Walisongo ini institusi pendidikan
atau pusat pengembangan bisnis?” keluhnya dengan amarah.
Menanggapi apa
yang disampaikan oleh pembicara, para peserta diskusi pun mulai kasak-kusuk
dengan masalah yang mereka alami. Ahmad Sajidin, salah satu pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
mengeluhkan perihal mahalnya peminjaman gedung di UIN, carut marutnya anggaran
biaya untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampus, dan transparansi UKT pun
masih menjadi masalah yang pelik baginya.
Selain itu,
Riza, mahasiswa jurusan Ilmu Hukum juga ikut menaggapi tentang permasalahan UKT.
Sadar bahwa UKT yang diembannya begitu mahal, dia pun hampir melakukan banding
UKT, namun dia mengurungkan niatnya. “Rektor bilang UKT bisa naik kalau ikut
banding, itu sebabnya saya urungkan niat untuk ikut banding”, terangnya.
Tidak hanya
perihal UKT yang dikeluhkan para mahasiswa, Riski, Senat Mahasiswa (SEMA)
Fakultas Dakwah juga menyinggung terkait
ketidakjelasan prosedur pencairan dana Muawanah –dana sumbangan untuk
mahasiswa yang mengalami musibah. Sedangkan Ridwan, presiden BEM FITK lebih
mengkritisi terkait kondisi kampus kotor. “UIN adalah kampus hijau, tapi
mengapa lingkungan begitu kotor?”, keluhnya.
Setelah mengumpulkan
beberapa masalah yang dikeluhkan, diskusi ini pun berakhir pada pukul 18.00
WIB. Sebelum menutup acara, sebagai perwakilan dari SEMA Universitas Baihaqi
sangat mengapresiasi apa yang telah mahasiswa suarakan. Ia bersama Aliansi
Mahasiswa lainnya akan berusaha mengawal permaslahan ini hingga menemukan titik
terang. (Edu_On/Nil)
Tags
Berita