Pemaparan materi oleh Eko Prasetyo penulis buku "Kitab Pembebasan". (Foto: Edu/Riza) |
Semarang, EdukasiOnline – Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo
(KSMW) menggelar bedah buku “ Kitab Pembebasan” karya Eko Prasetyo pada Rabu
kemarin (24/5) di American Corner kampus III UIN Walisongo Semarang. Acara ini
sendiri menghadirkan penulisnya langsung dan Siti Rofi’ah, Dosen Fakultas
Syari’ah sekaligus peneliti di Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA).
Dalam berjalannya diskusi, Eko mengungkapkan keprihatinannya
karena dunia Islam saat ini sangat tertinggal dalam hal keilmuan jika
dibandingkan orang barat. Bahkan, ilmuan-ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Al
Ghazali, Ibnu Rush, Al khawarijmi dan lainnya tidak begitu dikenal oleh
kalangan pemuda sekarang. “Hilangnya kekuatan politik Islam membuat wilayah
Islam dalam cengkraman kolonial,” ujar pria yang merupakan lulusan Universitas
Islam Indonesia (UII) Yokyakarta ini.
Hal ini diperjelas oleh Eko dengan menggambarkan keadaan di
Indonesia saat ini, banyaknya ustadz-ustadzah dadakan di pertelevisian
yang menurutnya dalam menyampaikan dakwah tanpa referensi yang jelas. “Ironis
memang, semua pertanyaan dengan mudah dijawab oleh mereka (Ustadz-ustadzah
dadakan) tanpa menunjukkan referensinya,”jelasnya. Ia juga menambahkan, keadaan
tersebut terjadi akibat tuntutan kepercayaan oleh masyarakat yang membuat nilai
pengetahuan menurun.
Agama alat Pembebasan
Menyinggung masalah maraknya penindasan kaum pinggiran dan
ketimpangan ekonomi yang masih terjadi sampai saat ini. Eko menegaskan dalam bukunya bahwa,
seharusnya agama atau aspek spiriatual itu sendiri haruslah berimplikasi pada
tindakan sosial, agar agama muncul sebagai pembebasan. “Semua aktivitas nabi
adalah agenda kemanusiaan atau pembebasan, jarang sekali individualis dalam
artian mementingkan dirinya sendiri,”tuturnya.
Selain itu, Eko juga menambahkan, sebenarnya semua nabi itu
melawan kemapanan karena keberpihakannya pada kaumnya atau masyrakat. “Semua
nabi itu seperti kita para aktivis, selalu melawan kemapanan,”ungkapnya.
Ia juga mengatakan jika munculnya mu’jizat itu karena keadaan nabi yang telah mengambil
resiko paling tinggi. “Seperti nabi Musa yang melawan pemerintahan kemudian
dikejar-kejar sampai pinggir lautan, lalu apa yang terjadi, mu’jizat itu
muncul,” imbuhnya.
Sementara itu, Rofia’ah cukup mengapresiasi buku yang
berjudul “Kitab Pembasan” ini karena mampu membuka wacana dan perspektif baru
yang memiliki misi pembebasan. “Di dalam buku ini kita tidak lagi diajak
membahas agama hanya dalam segi hitam-putih, halal-haram,” tuturnya.
Ia juga berharap pendekatan
progresif agama sebagai pembebas haruslah dimunculkan, karena menurutnya dalam
menafsirkan Al Qur’an tidaklah sesempit masalah halal dan haram saja. “ Islam
harus dijadikan alat pembebasan dan datang sebagai rahmat semesta alam,”
pungkasnya. (Edu_On/Riz)
Tags
Berita