Bukankah sastra adalah bentuk kejujuran sang penulis? Apakah yang menyentuh lebih dari itu? Begitulah sastra dapat melekat dihati pembaca, jika seorang penulis mampu menggambarkan dirinya disana.
Banyak
penulis sastra melakukannya. Albert Camus pada Desember 1957 memberi pengantar
pada karya Samparnya. Ia mengatakan bahwa “Sampar dengan segala
kelemahannya, dari semua tulisan saya merupakan satu-satunya karya yang paling
mendekati diri saya”. Ia memberikan karya drama sekaligus dirinya.
Selain itu,
Franz Kafka juga melakukannya. Dalam buku Metamorfosis yang diterjemahkan
oleh Sigit Susanto karyanya sarat akan makna itu. Ia memidahkan dirinya dengan
sangat detail. Bagaimana kedekatannya dengan ibu dan adiknya, bagaimana ia
membenci ayahnya? Itulah yang disajikan disana.
Dalam
ceritanya buku ini Kafka mencoba memaparkan penolakan terhadap seseorang dan
sebuah sistem. Ceritanya dimulai dengan hantaman masalah diawal. “Ketika suatu
pagi Gregor Samsa terbangun dari mimpi buruk, ia mendapati dirinya sudah berubah
menjadi seekor kecoa raksasa yang menjijikan di ranjang”. Itulah pembukaan yang
ditulis Kafka, tanpa basa-basi.
Dalam Cerita
Ini ceritanya
seseorang menjadi binatang. Dalam pengantar penerjemah dikatakan Ungenziefer
dan Miskafer. Istilah pertama bisa berarti kecoa, lalat, kutu dan tikus.
Sedangkan dalam istilah kedua mempunyai arti kumbang yang hidup di rabuk (hal.
vii).
Ceritanya
ini hanya berseting pada sebuah kamar tokoh utama- Gregor Samsa- di apartemen.
Dan hanya ada empat tokoh sentral disana. Ibu dan Ayah Greogor Samsa dan adiknya
bernama Grete. Disanalah cerita itu berkutat.
Hari pertama
saat tubuhnya menjadi hewan ia harus menghadapi masalah besar. Gregor Samsa
harus bekerja. Kafka memaparkan keluhan itu berupa dialog Gregor Samsa dan
dirnya. “Alangkah berat pekerjaan yang kupilih! Siang dan malam selalu dalam
perjalanan.” Kafka juga menambahkan hal yang sangat berat lagi dalam dialog
itu. Seperti tokoh utama harus memikirkan jadwal keberangkatan kereta, makan
yang tidak teratur hingga menghadapi orang setiap waktu sampai ia tidak pernah
mengenal mereka dan beramah tamah.
Namun,
hal-hal semacam itu hanya pembicaraan yang rumit diawal. Kafka masih
menyimpannya dibelakang cerita dengan segala kerumitan serta kekhasan kata-kata
yang dimilikinya. Bahkan masih dibagian awal cerita pembaca harus berhadapan
dengan masalah sang tokoh utama dengan pengawas kepegawaian. Dan cerita rumit
selalu bergulir terkait penolkan ini.
Dalam
pengantar penerjemah menyarankan, sebelum membaca buku ini kita harus membaca
juga karya Kafka lainnya. Seperti Surat Untuk Ayah. Dalam buku tersebut
kita akan lebih memperhatikan bagaimana Kafka berpihak ke ayahnya atau adiknya.
Dalam cerita ini bagaimana kedekatan tokoh utama dan adiknya- Grete- bisa
dimaknai sebagai kedekatan Kafka dengan adiknya Ottla.
Saran ini
juga akan mendukung kita melihat kedalaman tulisan yang dipunyai Kafka ini. Bahkan
kedalam cerita ini bisa dikatakan berasal dari diri Kafka secara murni. Gustav
Janouch, kawan Kafka menduga ini adalah salinan Kafka yang secara untuh sepeti
kedekatan nama K-A-F-KA dengan S-A-M-S-A.
Hal lain
yang hendak ditunjukkan oleh Kafka adalah kenapa ia memilih menjadi binatang. Binatang
dalam pandangan Kafka merupakan alegoris yang pas untuk sifat manusia. Bahwa bisa
saja kedekatan kita terhadap binatang bisa lebih dekat dari pada kita terhadap
manusia.
Benar kata Edgar
Allan Poe “sastra berfungsi menghibur dan mengajarkan sesuatu”. Jadi membaca
dari keseluruhan cerita ini adalah bentuk pembelajaran yang sangat baik. Mencoba
melihat kebinatangan kita dari tubuh sendiri dan orang lain. Selamat Membaca.
Judul buku:
Metamorfosis
Penulis:
Franz Kafka
Tebal: 82
Resensator:
Aziz Afifi
Tags
Resensi