ilustrasi: Edu/ziz |
Aku ingin sekali mengganggumu, sekedar
menelponmu dan bertanya
“sudahkah kau jatuh cinta sekarang?”
2017
1. Ngantuk
Izinkan
aku berbaring pada kerlingmu yang hangat kembali
2. Berdoa I
Aku
mengulumMu
Aku
menelanMu
Aku
mencuriMu dari binar lilin
Tapi
aku lupa memasukkanMu pada lincah mata adikku
Berdoa II
Jika
pagi menjelang lebih awal doakan aku bisa lelap se lelap-lelapnya
2017
;eyang
Rembulan pecah dikali
Menjelma tubuhmu seputih seperas santan
Sekarang dalam koyaknya aku dan dalam
buhul doaku
Malamlah
2017
1.
Seperti
nasib yang tidak akan kita miliki, Ul
Hujan
akan menghabisi detak jantung
Ranting
akan runcing dan kita mati dikenang kening sendiri
Kita
membakar diri sendiri sekarang
Menanti
demam yang tumbuh di dada kita
“musim
apa sekarang?”
2.
Aku
harus berlayar
Mataku
sekarang pintu. Orang lain berkesiap masuk dengan sesuka hati
Saat
menghadapi badai
Sekarang
aku dermaga di kotaku yang di lupakan
Dan memungkinkan menerima cuaca terburuk
nantinya: Topan, angin laut serta kau sebagai
masa silam
3.
“Istirahatlah
sekarang juga. laut sudah labuh
tanpa
jangkar kita tetap berpaut
Aku
akan kembali. Kau sudah menjadi bakteri yang memenuhi otakku”
Aku
merah dan kau marah
“Tidurlah seperti lampu sonar kapal di riak
gelombang yang entah kapan kan menepi”
4.
Aku
pelaut tanpa peta sekarang
Mengarungi
tubuhmu yang berbiak liar didadaku
Di
laur geladak
Musim
dingin meruncing menjadi sepi
Menjadi
mata kail yang lancip dan purna
Tapi
jarak telah membelah
Antara
pantai dan kapalku
Jarak
padaku telah menjelang waktu siang yang asing
5.
“Kapan
kau pulang?” teriakmu