ilustrasi (Edu/ziz) |
Saat Santa Klaus tak tiba di lotengmu.
Aku membungkus diriku dan berkesiap menjadi lilin untuk kau tiup. Dengan wajah
lembut kapas, mata yang hilang dan bibir yang terlumat oleh bisikan kau berkata
dengan dalam
“aku ingin mati dan panjang umur untuk
mengenang kau, selamanya”
2017
Cemas di kopi adalah jarak terjauh
hurufku dari lukamu
Ia takdir yang tak tertulis diriwayat
jalan berbelok
Atau argumentasi yang dikurung pada
kepala pendeta tanpa tau kapan harus memulangkan ke tuhan
Batas antara pulang dan kembali
Adalah abjad merah pada kalender yang tak
ingin kau silang
Juga malam yang ditulis oleh penyair gila
Cemas adalah matamu yang penuh dan dalam
Dimana aku lupa harus menulis apa
Itulah cemas yang hilang dan masuk ke
kopiku sore ini sampai berabad nanti
2017
Inilah saatnya melupakan
Pergi menggantung baju dan mimpi
Kita kini pergi dijalan sendiri
Sungai meluap dari matamu telah memberi
musim
Gemerincing
gelas di pipimu
Sayur
lodeh di bibirmu
Asam
lambungmu deras dan kau berteriak
“aku
butuh teh hangat”
Buku-buku
di perpustakaan dadamu
Kau
menyalin dan mengutip kata-kata yang kau robek dari halaman jantungmu
“semua
jatuh dari tubuhmu”
Tak ada sisa makanan dan obrolan
Huruf tandas dan bolam lampu menyerahkan diri
pada terminal yang akan membunuhnya nanti
“jadi kau ingin apa pada waktu yang
lengang ini?” semua sudah jatuh dari tubuhmu kali ini. juga aku.