Doc. Edukasi |
Malam semakin larut, jam besuk rumah sakit sudah ditutup. Hanya terlihat beberapa petugas rumah sakit yang masih terjaga. Diantara petugas tersebut ada Ivang dan Agus yang berjaga di bagian kamar mayat rumah sakit
Semarang, EdukasiOnline— Terdengar
suara sirine ambulan melengking dari arah Utara pintu rumah sakit, ketegangan mulai
terjadi, pengunjung rumah sakit dibuat gelisah oleh suara melengking keras dari
ambulan pengantar mayat gadis remaja yang baru saja meninggal akibat kecelakaan
di jalan. “Jalanan selalu mengerikan, banyak orang mati disana,” ujar Agus
dengan nada keras mengerikan.
Dengan sigap, Ivang teman jaga Agus
malam itu segera mendatangi mayat baru tersebut kemudian membersihkan dan
menjahit kepala yang retak akibat kecelakaan di jalan. Dengan kegembiraan entah
kebanggaan Ivang merawat mayat tersebut dengan sabar dan penuh ketelitian. Ia
bersihkan darah merah kental yang melumuri tubuh gadis berumur 17-an tahun itu
dengan kain bersih. Setelah bersih, ia masukkan mayat baru tersebut ke dalam
ruang mayat bersama dengan mayat-mayat yang lain.
Waktu menunjukkan pukul setengah
satu malam, keadaan rumah sakit mulai lengang. Namun tidak dengan Ivang dan
Agus. Mereka berdua tetap siaga dalam tugasnya, menjaga mayat-mayat yang sudah
mati dengan berbagai latar belakang kematian yang berbeda-beda.
Lalu, datang seorang wanita muda
mengenakan jaket, sepatu dan tas mahal melekat pada tubuhnya. Ia panggil
penjaga kamar mayat berkali-kali, sampai bertemulah dia dengan Agus dan juga
Ivang penjaga kamar mayat tersebut. Namanya Vampir, kedatangan Vampir malam itu
adalah untuk meminta surat kematian palsu untuk neneknya. Surat tersebut
nantinya akan digunakan sebagai syarat pembagian harta warisan untuk
keluarganya. Begitulah gambaran singkat pementasan teater Metafisis dengan
naskah “Nekrofilia”, yang berlangsung di Audit I Kampus I UIN Walisongo
Semarang, Jum’at (9/6).
Daya Kejut
Kesan horor telah melekat sejak
awal pertunjukan digelar. Dengan mengambil judul “Nekrofilia” dan konsep rumah
sakit misalnya. Namun pada kenyataannya kesan itu luntur seketika saat
pertunjukkan dimulai. Kejenakaan hadir pada beberapa adegan, mulai dari tingkah
si Ivang sampai pada puncaknya yakni munculnya tokoh gila bernama Selamet.
Exploitasi adalah tema besar
pertunjukkan malam itu. “Mayat kami simbolkan dengan segala hal, bisa bumi atau
langit yang terus di exploitasi,” tutur Mugis sebagai sutradara pementasan
teater malam itu. Ia juga menambahkan bahwa judul tersebut hanyalah umpan,
untuk perspektif lain penonton bisa memaknainya sendiri.
Kejutan lain kembali hadir di akhir
pementasan. Pada awalnya, jika penonton menduga pementasan malam itu mengangkat
lakon horor, dugaan itu seolah diputar balikkan pada ending cerita.
Dimana dihadirkan seorang mata-mata (Red: Vampir) yang membuka kedok transaksi jual
beli organ manusia oleh seorang oknum rumah sakit. (Edu_On/Wir, Ziz)
Tags
Berita