Dokumen LPM Frekuensi |
Kepada yang terhormat dan ditunggu kedatangannya,
kawan-kawan mahasiswa baru.
Sebelum memulai surat terbuka ini, kuucapkan selamat atas
diterimanya kawan-kawan sekalian di universitas terbaiq sepanjang usia
tuhan. Kalian merupakan orang-orang pilihan dan beruntung. Yang dipilih dengan mengesampingkan
orang-orang miskin, tidak mampu membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin
melangit mendekati Tuhan Yang Maha Kuasa. Tak lupa kusampaikan selamat datang
di kampus Islam yang biasa-biasa saja ini. Biasa tidak ada air, biasa tidak
terurus, biasa kemalingan motor dan biasa-biasa yang lain.
Kawan-kawan sekalian yang dari tahun ke tahun semakin emessshh
sangat, satu langkah untuk menjadi mahasiswa UIN Walisongo sudah kalian
lewati. Berupa membayar registrasi kuliah. Kalian tahu, kalian adalah orang
yang beruntung, karena apa? Karena mungkin saja, selain kalian, ada calon
mahasiswa yang sudah diterima dan tinggal membayar registrasi--disebabkan biaya
kuliah yang dianggap murah tetapi kenyataannya mahal-- akhirnya diurungkan
niatnya. Meskipun sebenarnya, kata Kemenristek Dikti, tujuan adanya sistem UKT
adalah memberi kesempatan orang tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi. Tapi
kenyataan berbicara lain, semakin ke sini, orang-orang tidak mampu harus
menelan ludah karena biaya kuliah semakin mahal—akhirnya menunda untuk kuliah.
Penentuan biaya kuliah seperti tanpa mempedulikan kondisi keuangan negara dan
rakyatnya.
Sebagai bentuk solidaritas kepada kawan-kawan yang belum
beruntung, kita doakan agar nanti mereka dapat kesempatan untuk mengikuti jejak
kita di perguruan tinggi. Mungkin hanya doa saja yang bisa kita lakukan, karena
menanti kakak-kakak Dewan Eksekutif Mahasiswa dan Senat Mahasiswa—sebagai
perwakilan mahasiswa, untuk menyuarakan mahalnya biaya UKT adalah satu
cita-cita yang jauh diawang-awang, seperti menanti gebetan membalas pesan WhatsApp panjang-panjang, mimpi. Karena kakak-kakak kita lebih disibukkan dengan persoalan
lain, tasyakuran wisuda misalnya.
Kawan-kawan, sebentar lagi kalian akan mengalami ritual yang
sudah turun-temurun selalu diselenggarakan sebagai prasyarat menjadi mahasiswa
baru. Ritual tersebut adalah Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), yang
sebelumnya tidak menggunakan istilah tersebut. Sebelumnya istilah yang
digunakan adalah Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK)—jangan bayangkan
dengan makanan khas Wonosobo, Jawa Tengah atau Sunda, Jawa Barat (Daerah Pasundan).
Inti kegiatannya sama, nanti kalian akan duduk manis, diceramahi oleh orang
banyak, diatur-atur oleh kakak-kakak, makan, solat dan kegiatan-kegiatan yang
lain—sekadar info, tahun kemarin memecahkan rekor MURI dengan peragaan MOB
terbanyak yang menghabiskan dana berjuta-juta. Dengan itu, kuucapkan, selamat
menikmati kebosanan yang hakiki. Nikmatilah dengan khusyu’ karena itu
hanya satu kali dalam masa studimu di kampus ini.
Dalam kegiatan itu, percayalah, kalian akan berhadapan
dengan orang yang asing--orang yang belum pernah kalian temui sama sekali
mungkin. Atau suasana yang berbeda jauh, tidak seperti film yang sudah kalian
tonton tentang dunia perkuliahan. Tapi percayalah, ada kesamaannya, nanti
kalian akan bertemu dengan kakak-kakak
yang hebatnya melebihi batas langit. Bagaimana tidak hebat, mereka adalah
manusia pilihan yang dipilih oleh para pejabat kampus. Sudah pasti,
manusia-manusia yang kalian hadapi nanti adalah mahasiswa yang kadar
intelektualnya melebihi mahasiswa yang lain. Bayangkan saja, kalau di
perkuliahan nilai Indeks Prestasi Kumulatifnya (IPK) paling tinggi hanya sampai
4.0, mereka ini mendapatkan nilai lebih dari itu, 4.5 atau bahkan 9.0. Mahasiwa
ini, kegiatan tiap harinya adalah
membaca, diskusi, menulis dan sesekali aksi. Empat kegiatan itu tidak
pernah absen dalam kehidupan mereka. Jadi, baik-baiklah kalian sama kakak-kakak
yang hebat ini.
Untuk itu, ketika kalian mendapatkan tugas yang diberikan,
lakukan dan kerjakanlah, jangan sampai tidak melakukan. Jika kalian tidak
melalukan itu, berarti kalian melakukan tindakan subversif. Setiap tindakan
subversif berarti menantang, dan hal-hal yang ‘menantang’ harus disingkirkan.
Ingat, tidak ada manusia yang ingin ditantang, lakukanlah tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Meskipun tugas yang diberikan terkadang tidak memahamkan dan
tidak ada gunanya—bagi kalian mungkin. Percayalah, tugas yang diberikan itu sudah
melalui diskusi panjang dan alot selama setahun lebih untuk menentukannya. Demikian
itu, tugas itu adalah bentuk kegelisahan kakak-kakak kalian terhadap
permasalahan yang mereka hadapi. Jadi jangan sampai kalian tidak membawa dan
mengerjakan tugas tersebut. Mereka menyuruhmu membeli buku bacaan. Belilah,
meskipun kalian tidak tahu kejelasannya. Meskipun mungkin kalian juga tidak
membutuhkan buku yang sudah kalian beli—ada yang menyediakan buku-bukunya juga,
jadi jangan kesusahan untuk membeli. Ingat, apapun yang diinstruksikan harus
dilaksanakan.
Kawan-kawan mahasiswa baru yang emesshh, seperti yang
sudah diumumkan oleh kakak-kakak yang kerennya sampai tujuh turunan, kalian
diharuskan membawa tulisan artikel. Kerjakanlah tugas menulis artikel yang
diberikan oleh pejabat kampus yang mulia. Meskipun mungkin kalian tidak
memahami tugas tersebut. Maklumilah, yang memberikan tugas adalah intelektual
kampus yang warbyasah. Jadi jika
kalian tidak memahaminya itu menjadi suatu hal yang lumrah. Tapi saranku, kalau
kalian tidak paham tugas tersebut, tanyakanlah dahulu kepada mereka, ajak
mereka berdiskusi tentang tema yang diberikan kepada kalian. Setelah kalian
paham apa maksud dari tugas tersebut, minta contoh tulisan yang telah dibuat
oleh pemberi tugas. Kalau tidak bisa memahamkan dan mereka juga tidak punya
contoh tulisan mereka sendiri, lebih baik kamu jangan mengerjakan—meskipun
pertaruhannya, kalian akan diasingkan dan dianggap subversif. Atau kerjakan tugas tulismu itu dengan copy
paste. Kalian cukup mengetikkan kata kunci di Dewa Google, nanti
akan dicarikan Dewa Google artikel yang serupa. Setelah itu kalian
tinggal copy paste, jadilah artikelmu. Itu lebih baik, berarti kamu
termasuk orang yang patuh. Meskipun itu patut disayangkan, karena secara tidak
langsung, kalian melakukan tindakan plagiasi, budaya yang sebenarnya diperangi
di dunia akademik.
Kalian harus maklum, bagi kakak-kakak super sangar
itu, kalian adalah kerbau-kerbau yang bisa diatur dan lahan bisnis paling
menjanjikan. Pecayalah, sebenarnya kakak-kakak kalian juga melakukan hal yang
sama ketika jadi mahasiswa baru. Akibatnya sampai sekarang menjadi mahasiswa,
mereka juga melakukan hal tersebut, dari ketakutan, plagiasi dan sebagainya.
Mereka pada awal masuk takut kepada kakak-kakak unyuuu. Ketika di perkuliahan
takut pada presensi, dosen dan birokrat kampus. Dengan hadirnya kalian, adalah
kesempatan untuk melakukan sesuatu yang sama. Kalian adalah pelampiasan yang
mutlak --sama halnya pelampiasan seorang jomlo yang baru putus dari
pacarnya.
Bagi kakak-kakak supermu itu, menakutimu adalah sesuatu
yang sangat menyenangkan dan merupakan obat mujarab. Layaknya penguasa,
kepatuhan adalah hal yang selalu diidealkan. Kalian patuh membeli buku, menulis
artikel dan kepatuhan-kepatuhan yang lain. Itu adalah sesuatu yang diinginkan. Barangkali
benar kata Soe Hok Gie:
Masih terlalu banyak mahasiswa
yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau
berkuasa. Mementingkan golongan ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap
tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban baru
untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
Apabila kalian ketakutan, berarti kakak-kakak unyu
itu sukses. Tujuannya telah tercapai yaitu membuat kamu takut. Percayalah,
kalian ketika takut bisa dengan mudah diatur. Karena, bagi mereka, ketakutanmu
adalah koentji. Semakin kalian takut, semakin mudah kalian untuk diatur.
Maka takutlah kalian, dengan begitu, kakak-kakakmu itu akan merasakan kepuasan
yang haqieqie. Akan tetapi jika kalian merasa sebagai pemuda, beranilah.
Karena kata Pramoedya Ananta Toer, kalian pemuda kalau kalian tidak punya
keberanian sama saja dengan ternak, karena fungsi hidupnya hanya beranak diri.
Mengakhiri surat terbuka ini, kusarankan kepada kawan-kawan
mahasiswa baru yang dikasihi Tuhan, jika kalian merasa sebagai pemuda generasi
penerus bangsa, cobalah melawan sebaik-baik dan sehormat-hormatnya. Karena menjadi
manusia seutuhnya yang merdeka dan berani adalah tjita-tjita. Sesuai
kata Multatuli, tugas manusia itu menjadi manusia. Maka, jika kalian
diperlakukan seperti kerbau—bukan manusia, alangkah lebih baiknya, kalian lawan
mereka yang menganggapmu kerbau itu.
Dari mahasiswa biasa yang belum lulus sampai semester dua
digit. AhmadAam