Doc. Internet |
Lelaki itu melihat ke arah cermin, melihat dirinya sendiri. Ia sedang membenarkan riasan di wajahnya. Ia sengaja mewarnai wajahnya dengan perpaduan warna putih, hijau dan merah.
Lalu beberapa kali, bermain dengan wajahnya. Menarik lebar-lebar mulutnya, dengan kedua tangannya. Ia tertawa dan kemudian mengeluarkan air mata.
Film garapan Disney ini berhasil membuat penonton terkaget-kaget. Gambaran pedih kehidupan Arthur atau Joker yang hidup di sebuah kota kecil Gotham, ia terhimpit kondisi ekonomi. Menjadi pilihan sutradara Todd Phillips untuk membuka tirai film Joker.
Ya, Joker. Mungkin, sebagian orang mengenal dia sebagai tokoh yang jahat. Karakter dia familiar di masyarakat sebagai penjahat yang acap jadi musuhnya superhero Batman beralter ego Bruce Wayne.
Selain itu, orang mengenal dirinya di kartu remi yang sering kita mainkan. Beberapa kali, ketika aku memainkan kartu remi, aku selalu kalah. Namun kekalahan yang hampir saja aku dapatkan, sesekali bisa terselamatkan karena aku punya kartu joker. Ia bisa menyelamatkan pemain ketika dirasa terdesak. Apalagi untuk ukuranku sebagai pemain yang tak pintar-pintar amat, sangat bersyukur bisa menang telak akibat punya kartu joker.
Dalam kacamata penonton di film Batman tersebut, mereka memberikan label bahwa Joker adalah karakter tokoh yang jahat, menyeramkan dan beringas. Tapi dari kacamata yang lain, karakter Joker adalah penyelamat para pemain kartu remi. Ia dipercaya bisa menghidupkan kartu-kartu yang lain, menurut cuitan di dalam akun twitter milik @PuthutEA.
Film yang berdurasi selama 122 menit itu mencoba menggambarkan kehidupan Joker.
Sosok Joker atau Arthur diperankan oleh Joaquin Phoenix. Dalam peran yang ia mainkan, ia mempunyai beban hidup yang sangat berat. Gambaran pedihnya hidup Arthur yang terhimpit oleh masalah ekonomi, menjadi pilihan sutradara Todd Phillips untuk menggarap film Joker dengan nuansa yang berbeda.
Bersama dengan Scott Silver, Phillips mengambil latar belakang pada tahun 1980-an. Namun suguhan dalam film tersebut masih sangat relevan. Gambaran kehidupan orang miskin yang merasa ditekan, dipinggirkan dan mendapatkan perlakuan yang tidak sepatutnya oleh orang yang mempunyai kuasa dan ekonomi lebih tinggi.
Arthur dalam film ini digambarkan sebagai sosok yang mempunyai penyakit saraf otak. Jika pada umumnya orang yang sedang merasa sedih, ia akan memunculkan geliat muka yang sedih. Tapi tidak dengan Arthur. Ia justru malah tertawa.
Ia tinggal bersama dengan ibunya, Penny Fleck. Diperankan oleh Frances Corroy. Wanita itu hanya terbaring kesakitan, di kamar. Seluruh aktivitasnya selalu diurus oleh Arthur. Perempuan paruh baya itu punya pengalaman pedih semasa hidupnya. Tiga puluh tahun bekerja di sebuah perusahaan milik Thomas Wayne.
Doc. Internet |
Keadaan itu membuat Arthur harus menjadi sosok kepala keluarga. Mencari nafkah, untuk bisa menghidupi dirinya dan ibunya. Jika di siang hari ia bekerja sebagai badut, maka malam harinya ia menjajaki karir sebagai seorang komedian. Suatu hari, ia dipecat dari Kantor Penyalur jasa badut. Upayanya merintis karir sebagai komedian juga gagal. Ia semakin mengalami banyak masalah dan tekanan.
Dalam film yang disajikan Philips, ia berusaha menampilkan kehidupan Arthur dengan sinematografi yang sangat apik. Adegan setiap bagian filmnya dilakukan dengan slow, dilengkapi dengan musik klasik yang menambah manja mata para penonton. Macam lagunya Frank Sinatra "Send In The Clows", Gary Gitter "Rock and Roll Part 2" dan juga "Smile".
Singkat cerita, Arthur punya sebuah mimpi. Ia ingin sekali tampil di acara tv "Murray Franklin Live Show", yang tak lain adalah acara favorit sang ibunda. Murray adalah pemandu dalam acara tv itu, dan Arthur sangat mengidamkan sosok ayah ada pada dirinya.
Lalu ditengah pergolakan hidupnya, Arthur juga ingin mengencani janda anak satu yang bernama Sophie Demand. Diperankan oleh Zazie Beetz.
Namun segala permasalahan muncul, Arthur mengalami titik kulminasi dalam hidupnya. Suatu saat ia sedang berada di kereta api, bersama dengan tiga orang lelaki yang rapi memakai jas hitam. Mereka adalah para pekerja Thomas Wayne. Arthur mendapatkan perlakuan tidak senonoh, ia di bully habis-habisan. Kejadian itu membuat dirinya geram, akhirnya Arthur membunuh mereka bertiga.
Tragedi pem-bully-an itu mendorong empati masyarakat yang memiliki latar belakang sama dengan Arthur. Orang yang ditindas dan menerima tekanan, akhirnya mereka membuat suatu gerakan yang dinamakan "Kill The Rich". Kekerasan lalu menjarah dimana-mana.
Tak akan menduga Disney bakalan meluncurkan film yang sedramatik ini. Namun, selepas Film Joker ini resmi ditayangkan di bioskop pada awal Oktober, banyak yang memberikan apresiasi. Bahkan sempat menjadi trending topic di twitter.
Mungkin banyak yang mengira film Joker ini akan menampilkan banyak aksi, menumpas kejahatan dan aksi heroik sebagai seorang pahlawan. Namun tidak. Philips sengaja membuat cerita Joker berbeda. Dilansir dari Empire pada (8/7), Philips mengatakan
“Kami tidak mengambil apapun dari komik. Kami membuat versi sendiri dari mana seseorang seperti Joker berasal. Kami bahkan tak membuat Joker, namun kisah bagaimana seseorang bisa menjadi Joker. Seorang yang lemah dan tersakiti namun menjadi psikopat yang menggalang anarki di Kota Gotham,”
Pada akhirnya, kita sebagai penonton akan bisa menyimpulkan. Bahwasanya, tak selamanya orang yang berbuat baik selalu dibalas dengan kebaikan. Namun, justru malah kejahatan. Seperti halnya pepatah yang mengatakan "air susu dibalas air tuba". Namun, akibat ulah ketimpangan itu tak sedikit orang jahat yang lahir.
Joker menghadirkan pemahaman lain pada para penikmatnya atau bahkan kita. Sosok Joker bisa jadi adalah kita semua, masyarakat umum yang hanya bisa menertawakan kepahitan hidup akibat beragam tekanan ekonomi.
Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan penguasa, entah politik maupun ekonomi, serta perselingkuhan mereka dengan aparat penegak hukum turut memupuk keradikalan seseorang. Alhasil, situasi yang tercipta adalah anarki, sebagaimana satu adegan yang diselipkan Phillips di bagian akhir film.
Namun, membaca beberapa artikel yang ada. Film ini juga tak luput dari kekurangan. Ada baiknya jika anda memutuskan untuk menonton film ini, jangan sekali-kali mengajak anak kecil. Karena memang film ini banyak mengandung unsur kekerasan.
Judul film : Joker 2019
Penulis naskah : Todd Phillips, Scott Silver
Produser : Todd Phillips
Sinematografi : Lawrence Sher
Distribusi : Warner Bros
Rilis : Oktober 2019
Resentator : Fatimatur Rohmah