Sumber Ilustrasi : kumparan.com |
Corona, kau siapa?
Asalmu dari mana?
Lupa penguasa dan politisi yang kau tutupi
Seluruh negeri sepi melawan lupa
Pemilik fatwa dan kalung tasbih terbirit
Sementara, turis lokal dan asing hapus jejak
Detak imajinasi corona bukan hasil kunjungan
Ia tidak pernah menatap Bali telanjang,
menatapkan wajah kapitalis
Kau kobarkan gelisah para tamu penikmat rahmaniNya
Bagai sepi menyelimuti
Hati tersayat tanpa bisik lembut lathifNya
Bersama jerit petani dan hambaMu tanpa sorban
Para darwis tanpa simbol pecinta
Musafir pada jalan penuh terjal
Maulaya,
Haruskah rumahMu
Benarkah hambaMu
Korban jejak mereka yang berpesta
Menghitung peluh keringat kemiskinan
Bermain dengan kesombongan dan kekuasaan
Maulaya, hanya engkau
Bukan selainMu
Tidak mereka
AmpunanMu dan pecinta kekasihMu
Biarkan Ia bertasbih bersama kaum papa
pada munajat ahlussuffah
Corona, biarkan aku
Sesaat bersama dunia untuk RidlauNya
tanpa kehadiranmu
Njumput, Pamotan, Rembang, 28 Maret 2020
Tags
Puisi