Dok. Google |
Sosrokartono merupakan tokoh nasional
seperti halnya dengan Kartini , Sukarno, Muhammad Hatta yang pernah dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Namun nama Sosrokartono seakan terlupakan dan tenggelam
dari catatan sejarah Indonesia. Sedikit sekali disinggung, terutama di buku
sejarah formal buatan pemerintah. Sedikit orang yang mengetahui keberadaan
sosok yang hebat ini, tidak seperti adiknya nama Kartini sangat melekat dan
populer di masyarakat Indonesia. Sosrokartono merupakan seorang poliglot yang
menguasai lebih dari 20 bahasa asing.
Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara, Rebo
pahing, 27 Rabiul Awwal 1297 H / 10 April 1877 M. Dari seorang ibu bernama M.A
Ngasirah yang mengalir darah ulama. Bapaknya yang bernama Ario Sosroningrat
adalah seorang asisten wedana yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara.
Sejak kecil Sosrokartono udah dikenal
sangat cerdas dan suka membaca buku. Sosrokartono tergolong anak yang istimewa,
karena karakter dan prilakunya yang
melampaui zaman. Tanda-tanda keistimewaannya muncul di usia kurang 5 tahun,
sejak kecil Sosrokartono sudah menampilkan diri sebagai anak yang mudah
menerima ilham sehingga membuat dirinya seolah mampu menguak hal-hal yang akan
terjadi. Suatu ketika Sosrokartono masih hidup di Mayong dan bapaknya masih
menjadi wedana. Saat itu Sosrokartono sedang asik bermain di rumah pendopo
Kawedanan bersama saudara-saudaranya. Namun tiba-tiba tanpa ada sebabnya, Sosrokartono
berhenti bermain, lalu ia mengemasi benda-benda mainannya dan ia bungkus dengan
kertas dengan seutas tali, sehingga ibunya bertanya kenapa ia mengemasi
barang-barang mainannya Sosrokartono menjawab jika ia mau pindah ke Jepara. Hal
itu pun terbukti ketika pada tahun 1880, ayah Sosrokartono, Ario Sosroningrat
diangkat sebagai Bupati Jepara.
Selepas lulus dari ELS di Jepara, Sosrokartono
melanjutkan pendidikannya di HBS, semasa di HBS semarang kemampuan bahasa Sosrokartono
semakin terasah, terbukti ketika hasil
tulisannya dalam ujian akhir yang
menggunakan bahasa Jerman muncul menjadi karya terbaik.
Setelah lulus dari HBS Sosrokartono
melanjutkan pendidikanya ke Belanda. Di Belanda ia mengambil jurusan Teknik
Sipil di Sekolah Teknik tinggi di Delft , namun Sosrokartono hanya bertahan
selama 2 tahun dan kemudian pindah ke Universitas Leiden mempelajari Bahasa dan
Kesusastraan Timur. Meskipun bersekolah di Belanda dan mengembara ke Eropa, ia
tetap mencintai bangsanya dan menyerukan nilai-nilai pribumi yang harus di
pertahankan. Dengan tandas ia berkata saat berpidato di Kongres Bahasa dan
Sastra Belanda ke-25 di Gent, Belgia, pada September 1899. "Selama
matahari dan rembulan bersinar, saya akan terus menantang dan menjadi musuh
dari siapa pun; dari bangsa dan entis apa pun, yang hendak membuat bangsa kita
(Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan mencoba
menginjak-injak, menista, dan merendahkan tradisi serta adat kebiasaan kita
yang luhur nan suci".
Sosrokartono merupakan mahasiswa pertama
kuliah di Belanda, manusia Indonesia pertama yang menjadi wartawan perang dalam
PD 1, manusia pertama yang menjadi atase kebudayaan Prancis di Belanda ,
manusia pertama yang bekerja sebagai penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa di Swiss.
Dengan semua itu Sosrokartono bisa saja hidup nyaman sebagai miliader di Eropa.
Namun ia lebih memilih pulang ke Indonesia untuk mengabdi kepada bangsanya.
Judul Buku : R.M.P Sosrokartono Kisah Hidup
dan Ajaran-Ajaranya
Penulis Buku : Muhammad Muhibbudin
Penerbit Buku : Araska
Tebal Buku : 292 halaman
Tahun Terbit : 2019
Peresensi : Akmali