Dok. Google |
September 2020, memasuki babak baru New Normal, perguruan tinggi masih belum menunjukan tanda-tanda diperbolehkannya mengadakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Idealnya seperti tahun-tahun lalu, setiap memasuki akhir Agustus, kampus-kampus sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru atau maba. Artinya penyambutan mahasiswa baru pun harus dilakukan secara daring.
Padahal menyambut
Mahasiswa Baru adalah hal yang menyenangkan, apa lagi menjadi panitia. Bagi
dosen atau pegawai mereka bisa mendapatkan tunjangan-tunjangan non gaji sebagai
upah menjadi panitia. Bagi mahasiswa, mereka akan memiliki poin lebih, selain
pengalaman menjadi panitia, mereka juga bisa menampang wajah cantik dan ganteng
mereka didepan mahasiswa baru.
Di Universitas Islam
Negeri (UIN) Walisongo Semarang, setidaknya ada dua pesta bagi mahasiswa.
Pertama, pesta demokrasi (pemilihan umum mahasiswa) dan kedua, pesta
penyambutan Mahasiswa baru atau Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan
(PBAK). Lembaga-lembaga mahasiswa di dataran intra kampus pun dibuat sibuk
olehnya. Mulai dari open recruitmen panitia, rapat teknis kegiatan, hingga
pelaksanaan kegiatan.
PBAK ini menjadi awal
penting bagi mahasiswa baru untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan, budaya
dan akademik kampus. Namun dalam situasi pandemi Virus Corona Diseasae atau
Covid-19, apakah PBAK daring atau online cukup efisien untuk memperkenalkan
dunia kampus yang rumitnya se-abrek-abrek? (Jangan sampai mahasiswa baru
nantinya tidak tahu cara mengurus Kartu Tanda Mahasiswa atau KTM yang hilang).
Dengan adanya PBAK
online, mahasiswa baru harus segera menjemput bola. Artinya kalian (mahasiswa
baru) harus pintar-pintar menggali informasi tentang dunia kampus dan
perkuliahan. Gunakanlah teknik bertanya kepada senior yang dikenal, teman yang
sudah berkuliah atau kepada dosen-dosen yang dikenali. Dengan begitu, kalian
akan lebih cepat untuk beradaptasi dengan lingkungan dan budaya kampus sebagai
bekal awal untuk menempa diri dan berproses dalam dunia perkuliahan.
Mahasiswa baru 2020,
kalian tentu tidak akan merasakan perkuliahan pertama kali secara tatap muka
dengan dosen. Kalian tidak akan merasakan kerasnya kursi kampus, panasnya
ruangan kelas, pajangan kipas angin atau AC (karena tidak berfungsi), keran
kamar mandi yang rusak, hingga menjengkelkannya dosen yang tidak mau mengerti
keadaan mahasiswa.
Ya, perkuliahanan
pertama kalian akan menggunakan sistem daring. Kalian tidak tahu wajah-wajah
teman sekelas kalian, dosen-dosen kalian, kakak-kakak tingkat kalian yang
ganteng dan dan cantik dengan segala rayuan gombalnya. Dan tentu ini menjadi
poin kekurangan dalam pembelajaran daring, karena dak ada kedekatan emosional
yang terbangun antar mahasiswa maupun dosen.
Mahasiswa baru 2020,
ditengah pandemi Covid-19 ini dalam hal berkomunikasi kita semua dituntut untuk
menggunakan media online. Satu poin penting yang harus kalian ingat, meskipun
kalian sudah tidak asing lagi dengan teknologi dan informasi. Tetapi melek
teknologi saja tidak cukup sebagai bekal kalian.
Melek teknologi saja
tidak cukup sebagai bekal menjadi mahasiswa, kalian juga harus memiliki
semangat mencari ilmu yang tinggi. Ada yang bilang bahwa kampus adalah
laboratorium pengetahuan. Pernyataan itu saya benarkah, karena di Kampus terdapat
bergudang-gudang ilmu. Dan kamu, mahasiswa baru tinggalkanlah mindset sekolah
menengah mu dulu yang mungkin sebatas masuk sekolah, menerima pelajaran,
mengerjakan tugas, kemudian pulang ke rumah.
Tipe-tipe mahasiswa
yang seperti anak sekolah juga ada. Yaitu mahasiswa yang hanya sebatas
berangkat kuliah dari kos menuju kelas, menerima materi perkuliahan, dan pulang
kembali ke kos-kosan. Mahasiswa ini sering disebut sebagai mahasiswa kupu-kupu
(kuliah pulang-kuliah pulang).
Di Kampus jika tidak
dalam masa pandemi, kalian akan menemukan ruangan-ruangan yang menyajikan
berbagai kajian untuk mendukung berkembangnya intelektual. Buku, harus kalian
jadikan teman sejati. Taman-taman kampus penuh dengan mahasiswa-mahasiswa yang
berdiskusi serta membaca buku. Namun, ada juga yang sebatas berkumpul untuk
mencari sinyal WiFi, ngerumpi, dan berduaan dengan pacar.
Dengan menguasai
teknologi dan informasi, mahasiswa seharusnya bisa lebih bebas mencari sumber
ilmu pengetahuan. Terlebih didukung oleh handphone atau komputer jinjing yang
super canggih dengan spesifikasi tinggi. Mahasiswa bisa membaca berbagai
literatur untuk menambah amunisi intelektual.
Selain memperkaya
bacaan, mahasiswa bisa mengikuti berbagai diskusi online yang diadakan oleh
lembaga kampus atau organisasi luar kampus. Dengan begitu, otak kalian akan
terbiasa dengan hal-hal yang mungkin masih diperdebatkan oleh para tokoh
intelektual. Otak kalian akan diasah, dan pemikiran-pemikiran kritis akan
muncul.
Kira-kira begitulah
para tokoh pemuda zaman dahulu melatih kemampuan diri, sehingga tercipta sebuah
pergerakan untuk melawan segala bentuk penindasan. Mahasiswa adalah agen
perubahan, mahasiswa adalah agen kontrol sosial. Mahasiswa adalah penyambung
lidah rakyat.
Dan terakhir....
Untukmu Mahasiswa baru
2020, belajarlah dari sejarah. Tidak bisa dipungkiri Indonesia dilahirkan oleh
perjuangan pemuda melalui perlawanannya terhadap kolonialisme. Sejarah telah
membuktikan, pemuda mempunyai peran penting dalam proses kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Maka dari itu Kesadaran
kritis harus dibangun oleh mahasiswa. Jangan seperti Saya, hafal berbagai
kata-kata mutiara atau quotes tokoh intelektual dan tokoh pergerakan, tapi
tidak bisa meneladani apa yang diperjuangkan mereka. Hanya bisa berbusa-busa
dalam ucapan tetapi nol dalam tindakan.
Sekian..
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
*Tulisan diatas bukanlah nasihat, bukan juga pesan dan saran. Sepenuhnya adalah opini pribadi saya.
Moh. Aji Firman
(Mahasiswa yang memiliki hobi tidur disaat teman-temannya sibuk menghadiri
Seminar).
Mm... All out... Good.. LANJUTKAN! 😎🤘
BalasHapusAuthornyaaa tukang tidur yang produktif
BalasHapusJadi ingin ikut tidur juga dikalah seminar
BalasHapus