Dok. Internet |
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bagian dari tradisi umat islam, khususnya bagi umat islam di Indonesia. Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tahun, yakni pada bulan Rabiul awal dalam penanggalan Hijriyah. Terdapat perbedaan pendapat tentang tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya, antara tanggal 9 Rabiul awal dengan 12 Rabiul awal, namun pemerintah Indonesia telah menetapkan tanggal 12 Rabiul Awal sebagai Peringatan Hari besar Islam Maulid Nabi Muhammad SAW yang tahun ini jatuh pada tanggal 28 Oktober 2020. Mungkin tidak banyak orang yang tahu sebenarnya dari manakah tradisi ini berasal? siapakah penggagasnya? dan apa tujuan adanya tradisi ini?
Secara historis, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mulai berkembang di masa kekhalifahan Dinasti Fathimiyyah yang berada di Mesir. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan oleh salah satu khalifah Dinasti Fathimiyyah pada waktu itu, Khalifah Mu’iz li Dinillah pada tahun 341 Hijriyah. Peringatan maulid ini, pada awalnya bertujuan sebagai bentuk penghormatan dan keteladanan kepada Nabi Muhammad SAW, namun seiring dengan berjalannya waktu, peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW juga diadakan dengan tujuan menyatukan semangat keislaman sebagaimana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 Hijriyah. Pada saat itu, umat islam sedang berada dalam ancaman bangsa Mongol, sehingga diharapkan dengan adanya peringatan maulid mampu menumbuhkan semangat patriotisme rakyat untuk melawan dan mengokohkan benteng kekhalifahan islam dari Bangsa Mongol.
Serumpun dengan peringatan maulid yang diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah dan khalifah Mudhaffar Abu Said, peringatan maulid juga diadakan oleh khalifah Shalahuddin Al Ayyubi dari Dinasti Ayyubiyah yang saat itu sedang berjuang dari tekanan bangsa Eropa (Jerman, Prancis, Inggris) untuk menguasai Yerussalem dan mengubah Masjidil Aqsa menjadi gereja. Peristiwa ini kemudian kita kenal dengan perang salib. Pada masa ini, peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW diadakan untuk mengobarkan semangat juang umat islam dengan cara mempertebal keimanan dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, disamping untuk mengimbangi perayaan natal yang biasa diadakan oleh kaum Nasrani. Gagasan peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW ini kemudian disebarluaskan oleh khalifah Shalahuddin kepada jamaah haji yang berasal dari berbagai negara, hingga pada akhirnya peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW ini sampai ke Indonesia dan menjadi salah satu tradisi umat islam di Indonesia.
Salah satu acara bertajuk peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW yang diadakan oleh khalifah Shalahuddin adalah pembacaan diba’ dan sayembara penulisan pujian serta riwayat Nabi Muhammad SAW semasa hidup yang saat itu dimenangkan oleh Syaikh Ja’far Al Barzanji. Kitab karya beliau selanjutnya kita kenal dengan kitab Berzanji dan biasa dibaca selama peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW di Indonesia. Ada banyak kegiatan yang biasa dilakukan oleh umat islam Indonesia untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, baik yang berkaitan dengan kelahiran nabi maupun yang tidak ada kaitannya dengan kelahiran nabi. Bahkan peringatan ini memiliki kekhasan tersendiri di setiap daerah dan sudah berakulturasi dengan tradisi lokal tiap daerah di Indonesia.
Diantara bentuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang ada di Indonesia adalah Grebek Maulid yang ada di Yogyakarta. Pada perayaan ini, masyarakat umum akan berbondong-bondong untuk mengambil gunungan yang dikeluarkan keraton di halaman masjid besar Kauman, Yogyakarta. Sementara itu, di daerah Banda Aceh, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Meuripee. Bentuk peringatan maulid disini adalah memasak kuah yang berbahan dasar daging sapi secara bersama-sama, tujuannya untuk mengukuhkan ukhuwah islamiyah.
Jika melihat sejarah, peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW yang dahulu bertujuan sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan sebagai pemersatu semangat umat islam dalam berperang, kini telah mengalami banyak perkembangan dan akulturasi budaya, lalu bagaimana dengan esensinya? Apakah masih tetap sama dengan zaman dahulu? Apa esensi peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW di abad ke-21 ini? Satu hal yang tidak akan berubah adalah peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan umat islam kepada nabi Muhammad saw yang merupakan rasul Allah SWT.
Abad ke-21, identik dengan kehidupan yang ditopang oleh kemajuan teknologi, kemudahan memperoleh informasi dan bersosialisasi, peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW menjadi penting untuk mengingatkan dan menghidupkan kembali karakter islami yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, khususnya bagi generasi muda agar cerdas dan bijak dalam menyikapi berbagai budaya barat maupun budaya luar yang tidak sesuai dengan syariat islam karena sejatinya Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baik manusia yang pantas kita jadikan panutan dan teladan dalam bersikap.
Peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW begitu penting dengan adanya pemahaman hadits tentang keutamaan mencintai Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Tentu saja untuk menunjukkan bentuk kecintaan ini banyak jenisnya. Selain dengan melaksanakan segala sunnah nabi, perwujudan kecintaan juga dapat dilakukan dengan cara mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW atau memperingati Maulid Nabi Muhammd SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa mencintaiku, dan mencintai dua ini (Hasan dan Husain), dan ayah ibunya, ia akan akan bersama-sama denganku dalam satu derajat (yang sama) di hari kiamat”. (HR. Tirmidzi Nomor 3733). Peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW juga bertujuan untuk meneruskan dan mempertahankan tradisi yang digagas oleh khalifah terdahulu.
Peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW bukan sekedar peringatan hari kelahiran yang patut disamakan dengan peringatan hari kelahiran lainnya. Peringatan ini memiliki nilai yang begitu penting dan memiliki eksistensi luar biasa di kalangan umat islam sejak zaman dahulu hingga kini. Sebagai bagian dari umat islam, sudah sepantasnya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW, bukan hanya sekedar merayakan, berhura-hura, dan melampiaskan kesenangan semata.
Penulis : Adinda Nur Khofifatus Sa'adah (Jurusan Pendidikan Kimia)