Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ( World No Tobacco Day ), pertama kali dicetuskan oleh negara-negara anggota World Health Organization (WHO) pada tahun 1987. Kemudian pada tahun 1998, Majelis Kesehatan Dunia mengeluarkan Resolusi WHA42.19. Yang mengesahkan dan menyerukan bahwa perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap tahun, tepatnya pada tanggal 31 Mei.
Tema yang diangkat pada perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (WNTD) tahun ini adalah “Commit to Quit” (komitmen untuk berhenti). Berhenti ketergantungan dari semua bentuk produk tembakau termasuk rokok. Merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini terjadi karena tembakau telah menjadi bagian dari kehidupan para penggunanya. Sebuah niat yang tidak dibarengi dengan komitmen dan didorong dengan kerja keras. Tidak menjadikan seseorang mudah untuk menghentikan ketergantungannya terhadap tembakau.
Perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati bukan tanpa alasan. Dampak buruk yang diakibatkan tembakau menjadi faktor utama. Seperti yang telah diketahui, tembakau mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Itulah yang dijadikan alasan mengapa perayaan ini dicetuskan dan terus diperingati. Berdasarkan data WHO tahun lalu, setidaknya seluruh produk tembakau telah menyebabkan kematian sebanyak 8 milyar orang setiap tahunnya.
Di sisi lain, makna Hari Tanpa Tembakau menimbulkan beragam kontroversial. Sehingga, berujung pada kampanye agar peringatan ini tidak dilaksanakan. Petani tembakau adalah salah satu pihak yang dirugikan dalam Anugerah ini. Pasalnya, dengan adanya hari tanpa tembakau sedunia. Kemungkinan besar, penjualan hasil tembakau mereka kehilangalan pasar. Berdampak pada perekonomian para petani tembakau.
Untuk berhenti atau mengurangi penggunaan tembakau dengan alasan kesehatan mamanglah baik. Tapi akan lebih baik lagi, apabila hal ini didukung dengan solusi yang baik untuk semua pihak terutama untuk para petani dan pekerja yang menggantungkan hidupnya dari hasil tembakau. Agar dapat tercipta kehidupan yang sejahtera untuk semua elemen masyarakat.
Semua produk tembakau ada karena memang tembakau ditanam dan dijadikan komoditas utama dalam sektor pertanian dibeberapa negara di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat empat daerah penghasil utama tembakau, di antaranya adalah Temanggung, Deli, Jember, dan Madura. Berhenti atau mengurangi penggunaan tembakau tentunya akan sangat berpengaruh pada penjualan hasil panen para petani. Hal ini tentu berdampak buruk bagi perekonomian mereka.
Apabila pertanian dan industri tembakau ditekan. Terdapat beberapa efek buruk yang harus sudah siap ditanggulangi. Diantaranya adalah kerugian pendapatan negara yang biasanya disuplai dari cukai rokok, nasib para petani serta para pekerja industri rokok yang akan terkena PHK karena produksinya ditekan.
Terakhir, pada perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini, seyogyanya evaluasi dan refleksi menjadi topik yang bisa diangkat kembali untuk dibincangkan. Jika memang kampanye ini benar-benar diharapkan untuk berhasil menekan banyaknya pengguna tembakau dan produksinya. Maka, solusi untuk semua pihak juga harus benar-benar dimunculkan dengan sebaik mungkin. Hal ini menjadi penting karena tembakau tidak hanya digantungi oleh para penggunanya saja. Tetapi juga para petani dan pekerja yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau.
Penulis : Abdul Hanif Fauzi