Semarang, lpmedukasi.com - Komisi Kepemudaan Kevikepan Semarang mengadakan Sarasehan bertajuk “Merajuk asa pulihkan toleransi” di Gedung Sukasari Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Semarang pada hari sabtu (29/5).
Acara ini dihadiri oleh beberapa komunitas dan
organisasi keagamaan pemuda seperti Gusdurian, Pemuda Katolik dan Pelita
(Persaudaraan Lintas Agama) Semarang. Sarasehan dipantik oleh dua orang
tokoh yang sangat berpengaruh di daerah Semarang yaitu Romo FX. Sugiyana, Pr dan KH.
Taslim Syahlan selaku Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Jawa Tengah.
Pembukaan dipandu oleh Esther Lia selaku moderator, dengan dibarengi panitia memutarkan video berisi pandangan toleransi menurut
Komisi Kepemudaan Kevikepan Semarang.
Kyai Taslim menjelaskan bahwa Semarang adalah kota yang
luar biasa. Karena pemudanya bisa menyatukan kebersamaan toleransi dalam umat
beragama. Dengan dibuktikan bahwa acara Natal tahun kemarin, para santri ikut
hadir datang ke gereja, bulan puasa kemarin barisan lintas agama membuat Posko
Ramadhan Saling Jaga dan kegiatan lainnya
“Konflik beragama datang karena keterpaksaan untuk
sama dari agama itu sendiri dengan yang lain,” ujar Romo FX Sugiyana PR atau
yang kerap disapa Romo Sugi. “Banyak sekali orang-orang yang masih merampas hak
orang lain untuk memberi kebebasan dalam beragama. Mereka memandang bahwa agama
merekalah yang paling benar dan menyalahkan agama yang lain. Hal tersebut patut
kita hindari apalagi bagi anak muda yang akan menjadi penerus generasi bangsa
agar rasa toleransi masih terjaga selamanya.”
Senada dengan Kyai Taslim Syahlan, Romo Sugi juga
mengatakan bahwa Semarang ini adalah kota yang indah akan toleransi umat
beragama dimana banyak orang yang saling membantu tanpa memandang latar
belakang agama mereka masing-masing.
Di sela-sela diskusi, panitia menghadirkan grup hadroh
dari Roudhotus Sholihin Demak, membawakan tembang Lir-ilir dan beberapa
shalawat lainnya. Di akhir diskusi Romo Sugi berpesan bahwa era sekarang inilah
saatnya kita memperkuat toleransi dan menghidupkan toleransi untuk kebersamaan
kita semua.
Seusai diskusi, panitia membagikan sebuah kertas
kecil kepada peserta untuk menuliskan sebuah harapan tentang toleransi di
dalamnya, lalu kertas tersebut dibakar bersama. Di akhir acara, ramah tamah
ditemani oleh sebuah band akuistik yang membawakan beberapa lagu.