Bayanganku menggigil memeluk lutut
Kudekap ia, kami berdekapan
Rembulan menatap dengan iba
Cahayanya pucat pasi, sepucat
wajahku
Tak ada tikus yang menawari kami
makan
Tak ada kelelawar yang menawari
pakaian
Tak ada malam yang tak sepi
Tak ada di hati kami
Kami menapaki waktu tanpa alas kaki
Melakukan sesuatu tanpa kata tapi
Ditemani rembulan bercadar awan
Bayanganku termenung di bawah lampu
jalan
Kami risih terus-terusan ditatap
rembulan
Bersembunyi di balik pohonan
Kami menyelinap ke sela kegelapan
Bayanganku hilang, aku sendirian
Anak-anak di Halaman Rindu
Masa ini penuh batasan, penuh sekat
dan penuh harap
Kerinduan anak-anak bermain
sepakbola semakin berderap
Berapa lama lagi anak-anak harus
bermain di rumah
Hatinya sudah lelah dan matanya
semakin memerah
Mereka rindu berlari-lari di halaman
sekolah
Dan menggantungkan sepatu di leher
saat pulang sekolah
Mereka rindu pelajaran olah raga,
serindu mereka pada upacara bendera
Kapan lagi mereka dapat mewarnai
langit dan membantu hujan menyirami tanaman?
Meringankan pekerjaan traktor
membajak sawah
Meninabobokan matahari yang koprol
di ujung barat sebelum pulang ke rumah
Mereka rindu melantunkan Alif Lam
Mim di surau
Berebut mengisi bak air dengan
menimba dari sumur
Menangkap laron-laron yang
mengerumuni cahaya lampu
Menyentil bola gantung kucing jantan
yang lelap tertidur
Mereka tidak tahu kapan kerinduan
ini sembuh dari sakit
Tidak pula aku dan kamu yang
tertidur dibawah bulan sabit
Like 👍
BalasHapusvery informative! Are there any additional references I can read?
BalasHapusRegard Online Learning