Ilustrasi. Keredaksian
Pada malam yang tenang di halte yang
kusam depan kampus kebanggaan Boy, Joni sedang asyik bermain Mobile Legends, game favoritnya. Kampus tersebut dekat dengan Jalan Raya yg
terdapat APILL (Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas) di depannya. Terlihat beberapa
anak jalanan memakai pakaian yang lusuh dan di sana-sini terdapat
banyak tambalan berupa bordir warna hitam.
“Jon..
Di depan banyak anak
Punk tuh. Nggak kamu samperin?”
Tanya Boy saat baru saja tiba dengan membawa kantong plastik berisi es teh dan
sebungkus nasi rames. Boy memberi
tahu Joni karena ia faham betul latar belakang Joni yang seorang punk dan
hingga kini masih senang berkumpul dengan mereka.
“Sebentar
Boy, Gue lagi push rank nih...
mumpung musuhnya lengah,"
jawab Joni tanpa menengok sedikitpun. Rupanya, posisinya di permainan sedang terjepit
sehingga ia begitu fokus bermain.
Terlihat beberapa anak Punk dengan
penampilan dekil dan kumal sedang mengetuk kaca mobil yang sedang berhenti
karena lampu lalu lintas berwarna merah.
"Jon...itu..."
"Udah diem dulu, ini hampir
menang!" potong Joni membuat Boy menjadi malas bicara lagi.
Victory.....
Beberapa
menit setelah itu, suara kemenangan akhirnya menggema sampai ke pinggir jalan
raya dan sekitaran lampu lalu lintas.
"Mana anak Punknya Boy?" Tanya
Joni seraya melihat sekitar, ia tidak menemukan apa yang dicarinya.
"Udah pergi, kamu sih main mulu..."
jawab Boy sambil asyik membalas chat whats app.
"Eh??? kenapa lu ngebiarin mereka
pergi sih.... udah lama tau, gue gak ketemu sama kawan-kawan jalanan, hampir satu tahun ini..."
protes Joni kesal.
"Oke.. Oke.. sorry ini salah gue. Tapi salah lu lebih banyak dalam hal ini hehe..."
ucap Boy mencairkan suasana.
"Gue telat hijrah, Boy! Gara-gara lu!" hardik Joni, kini ia kembali log in
ke game mobile legend-nya untuk meneruskan win streak yang ia peroleh.
"Hijrah? Bukannya mereka juga
belum hijrah ya?" tanya Boy heran.
"Mereka kan berpindah dari satu tempat
ke tempat lain, namanya hijrah hehe.." jawab Joni dengan santai, rupanya
situasi tak jadi memanas.
"Sebentar Bro... Aku sering lihat
beberapa anak Punk atau bahkan
mantan kriminal yang hijrah di You Tube, dan mereka
langsung bisa jadi ustaz. Itukan
namanya hijrah?"
Boy mulai menjelaskan dengan bahasa ilmiahnya meskipun menggunakan diksi
yang santai.
"Terus gimana? Apa yang dikatakan
ustaz itu?" Joni bertanya dengan nada memancing perdebatan.
"Ya haram lah Jon, hidup di jalanan. Apalagi menjadi anak
Punk haram besar. karena mereka meresahkan masyarakat dan menyakiti mata
orang-orang yg melihat penampilan mereka begitupun sampai bisa menyakiti yang
disini..."
"Ooh... terus apalagi?"
"Kata Ustaz itu, kita ya diwajibkan
jihad/perang melawan orang-orang kafir, jangan biarkan banyak gereja berdiri,
harus mengikuti gerakan Indonesia tanpa Pacaran jadi langsung nikah aja sampe
empat sekaligus juga boleh biar gak bosen-bosen amat hehe.... Terus perempuan wajib
bercadar, tidak bercadar HARAM, merokok HARAM, menjual Rokok HARAM, Memproduksi
Rokok HARAM, nonton konser Punk HARAM, celana
nggak cingkrang HARAM, tahlilan HARAM, mengucapkan natal HARAM, intinya
banyak berkata haram sesuai apa yang di katakan Kitab Suci, kata mereka," jawab Boy panjang lebar.
"Nah... karena itulah yang bikin
aku telat hijrah,
Boy. Gimana mau jihad ngelawan orang kafir? UKT aja bisa bayar untung-untungan.
Mau ngelarang gereja berdiri? di deket rumah gue aja orang-orang Kristen
ataupun Katolik sering bantu membangun mushola bahkan setiap Idul fitri mereka
merelakan halaman Gerejanya dipakai untuk salat.
Mau langsung Nikah muda? bayar TOEFL/IMKA
aja ngutang. Apalagi langsung empat sekaligus, sorry gue sayang banget sama
Riana. Mau ngewajibin Make cadar? Riana aja kalo make cadar di kampus dikira
ninja hitori, kan kasian. Apalagi lepas dari rokok, lagian kampus kita kan
minim AC jadi nggak ngerusak fasilitas hehe... Rokok juga bisa memberi kehidupan bukan
cuma bisa membunuh seperti di iklan-iklan hehe...” Joni menghsiap rokoknya seperti meresapi bagaimana dunia berjalan,
bahkan ia membiarkan suara game yang
terus berdendang.
“Baru
tau aku kalo kamu bisa ngomong gitu. ngehafalin kalimat berapa minggu Jon?
hehe... jadi intinya?”
Boy lebih memilih mendengarkan kali ini dengan bertanya kembali.
“Hijrah
itu bukan pengakuan bahwa kita sudah baik dan benar, Boy. tapi pengakuan bahwa
kita orang salah jalan yang ingin menuju kebenaran. Maka ketika ada yang
mengaku berhijrah namun masih mudah
menyalahkan yang lain... tanyakan saja padanya apa gunanya sebuah cermin!” Pungkas Joni seraya melanjutkan permaianannya.
Muhamad Syafiq Yunensa
Dalam Buku Joni Melawan Arus