Doc. Internet
“Aja Bebeh Sedela” adalah sebuah peribahasa Jawa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Meskipun terbilang singkat tapi subtansi maknanya bisa diarahkan untuk seluruh rakyat Indonesia. Nah, sebelum menelisik lebih jauh mengenai peribahasa ini. Kita harus tau dulu apa sebenarnya pengertian peribahasa.
Dari
segi nomina peribahasa menurut KBBI memiliki 2 definisi; 1) kelompok kata atau
kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam
peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan) 2) ungkapan atau kalimat
ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau
aturan tingkah laku.
Selayaknya
peribahasa jawa lainnya yang memiliki arti bagus, peribahasa “Aja Bebeh
Sedela” juga memiliki arti yang bagus yaitu “jangan malas (menyelesaikan tugas)
meski sebentar”. Peribahasa ini ditanamkan oleh orang tua agar anaknya tidak menunda-munda
waktu. Khususnya adalah untuk mengerjakan pekerjaan yang sepele. Misalnya
mencuci piring setelah makan, membersihkan tempat tidur seusai bangun tidur,
merapikan tempat sandal saat masuk ke rumah, dan mencuci pakaian meskipun tidak menumpuk
dan lain-lain.
Secara khusus, agaknya peribahasa ini cocok ditujukan
untuk motivasi kepada mahasiswa, sebab masih terdapat budaya mengerjakan tugas dengan
menunggu mepet deadline. Dan anggapan bahwa inspirasi akan hadir saat
batas waktu akan berakhir.
Pesan untuk Para Mahasiswa
Ungkapan ini sangat relevan jika ditujukan kepada
mahasiswa, di mana sudah menjadi tradisi yang tidak baik. Apabila diberikan
tugas oleh dosen, baik itu membuat makalah, membuat bahan presentasi, me review
skripsi, tesis, disertasi, jurnal atau karya tulis apapun yang tidak langsung
dikerjakan, tapi menunggu mepet tenggat waktu atau deadline.
Misalnya besok waktunya dikumpulkan, malam harinya
baru mengerjakan dengan kebut-kebutan, kita sebut saja ‘SKS’ (Sistem Kebut
Semalam). Ini adalah kebiasaan yang tidak baik. Selain dari segi kedisiplinan, juga
dari segi tanggung jawab. Jika diamati dengan seksama kebiasaan tersebut
terkesan meremehkan pekerjaan dan menganggap waktu masih tersisa banyak.
Tentu saja di luar sana juga banyak mahasiswa yang
sangat menghargai waktunya, memanfaatkannya dengan bijak, serta tidak membuang
waktu untuk sesuatu yang tidak penting.
Di antaranyapun tidak hanya kuliah, bisa mencari kegiatan
sampingan, seperti kuliah sambil berjualan online, atau berjualan kecil-kecilan
misalnya membuka kucingan (angkringan dengan gerobak di pinggir jalan),
mengikuti kegiatan mahasiswa, mengikuti seminar dan kegiatan lainnya.
Sebagai agen perubahan (agent of change)
mahasiswa harus sadar bahwa waktu itu sangatlah berharga. Waktu bagaikan jam
pasir yang ada batas habisnya dan tidak bisa berhenti maupun diulang kembali.
Mahasiswa harus tau betul bagaimana cara mengatur
waktunya, kapan kuliah di kampus, berorganisasi di dalam maupun luar kampus,
berinteraksi dengan rekan, pergi healing, berbelanja kebutuhan, mengerjakan
tugas, kapan waktu beribadah, atau kegiatan apapun itu di manapun tempatnya.
Karena menunda pekerjaan sebelumnya akhirnya pekerjaan
itu ditumpuk menjadi satu dengan pekerjaan yang ada saat ini. Multitugas
seperti ini tidak dilarang tetapi berdampak pada kurang memuaskannya hasil yang
didapatkan. Karena tergesa-gesa menjadikan ketelitian berkurang.
Akhirnya ada beberapa hal yang tertinggal dan justru
nantinya membutuhkan waktu tambah karena perlu mengecek kembali pekerjaan
tersebut.
Larangan Menunda Pekerjaan Tinjauan Hadis Nabi
Dari Abdullah
bin Umar ia berkata,
Rasulullah SAW
memegang bahuku atau kedua bahuku lalu bersabda, “Hiduplah di dunia ini
seolah-olah dirimu adalah orang asing atau seorang pengembara.”
Ibnu Umar berkata:
“Jika sedang berada pada
pagi hari, maka janganlah kamu menanti
sore hari. Dan, jika kamu berada pada
sore hari, maka janganlah kamu menanti
pagi hari. Gunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan hidupmu
sebelum matimu.” (H.R Bukhori 6416)
Kemudian Ibnu Hajar Al-Asqolani kitab Syarkh Fathul
Bari sejalan dengan hadist pertama yang juga menjelaskan bahwa Nabi SAW
memerintahkan untuk hidup selayaknya orang asing yang tidak punya tempat
tinggal untuk menetap. Selain itu juga hidup selayaknya pengembara.
Bila orang asing terkadang bisa saja tinggal di suatu
negeri yang asing sedang pengembara berbeda, dia sedang menuju suatu negeri
yang amat jauh, yang terhalang oleh curamnya lembah-lembah, mematikannya padang
gurun, dan perompak jalanan atau begal. Orang yang seperti ini tentu saja akan enggan untuk
menetap apalagi tinggal meski itu hanya sebentar.
Selain itu ada juga riwayat
lain dari Ibnu Abbas, oleh Al-Hakim. “Nabi SAW bersabda kepada seorang
laki-laki saat beliau menasehatinya, "Manfaatkanlah lima hal sebelum
datang lima hal lainnya, yaitu: Masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum
sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, senggangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu
sebelum matimu." hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Al Mubarak
dengan sanad yang shahih dai Mursal Amr bin Maimun. (Kitab Syarkh Fathul Bari
jilid 31 hlm 17)
Layaknya seorang mahasiswa
yang merantau, tentu saja tujuan utamanya adalah lulus kuliah, bagi mahasiswa
S1 adalah gelar Sarjananya, bagi mahasiswa S2 adalah gelar Magisternya, bagi
mahasiswa S3 adalah gelar Doktornya. Tentu saja ini adalah perjalanan yang
tidak mudah, banyak halangan, rintangan, dan gangguan baik itu secara internal
maupun eksternal.
Maka dari itu mengelola waktu
yang ada termasuk kunci untuk segera sampe ke tujuan tersebut. Salah satu cara
mengelola waktu tersebut adalah dengan tidak menunda-nunda pekerjaan.
Anjuran Segera Menyelesaikan
Dan Beralih Pekerjaan
Karena banyak pekerjaan yang
ada, maka jika sudah selesai dari satu kegiatan harus segera beralih ke
kegiatan yang lain. Jangan berleha-leha atau bermalas-malasan. Hal
sesuai dengan firman Allah.
فَإِذَا
فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Artinya:”Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Q.R Al-Insyirah [94] ayat 7)
Wahbah
Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini ada kaitannya dalam
kehidupan yaitu anjuran untuk senantiasa berbuat baik atau beramal saleh secara
kontinu atau berkelanjutan. Orang
yang berakal, seharusnya tidak menyia-nyiakan waktunya dalam kemalasan dan
pengangguran. Hendaknya dia mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan
apa yang bermanfaat baginya baik itu untuk hidup di dunia maupun untuk kelak di
akhirat nanti. (Tafsir al-Munir jilid 15 hal 584-584)
Berdasarakan
ayat al-qur’an dan hadis nabi, nampaknya peribahasa “Aja Bebeh Sedela” adalah substansi dari ajaran untuk tidak
menunda-nunda pekerjaan. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak
bisa terulang, juga kesempatan tidak datang dua kali.
Pesan ini tidak secara spesifik hanya untuk mahasiswa
saja, tetapi kepada seluruh umat manusia siapapun itu terutama penulis.
Penulis: Ramdhan Yurianto
Editor: Udin