Dok. LPM Edukasi (Risma)
Kebanyakan orang bilang, bahwa waktu sangat cepat berlalu. Tetapi, bagiku tidak dengan orang yang sedang jatuh cinta. Bagi orang yang jatuh cinta, sedetik pun terasa sangat lama. Apalagi, bagi orang yang sedang merindu. Waktu seakan-akan sudah menjadi teman akrabnya.
Angin di malam hari, seakan-akan menerpa halus wajahku dengan diriku yang sedang duduk di kursi kamar depan jendela. Aku termenung, menikmati setiap hembusannya.
Ibuku yang dari tadi memanggilku untuk makan malam, tak aku hiraukan. Bagiku, makan malam hari ini terasa hambar.
Walaupun aku duduk disini, kurasa pikiranku sudah jauh berkelana entah kemana.
Aku teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Saat diriku tak sengaja bertemu dengan dirimu di tempat dan di waktu yang tidak pernah terbayangkan.
Saat itu, aku sedang berdiri di antara banyaknya orang yang sedang Demo. Terik panas matahari tak aku hiraukan, aku tetap fokus kedepan. Menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi ke atas.
Tapi, anehnya, dari sekian banyaknya orang Demonstran, kenapa aku bisa merasakan ada hawa yang berbeda, bahwa kamu ada di sekitar sini. Dan benar saja, sekali ku menoleh ke samping, kamu tepat berada di depan sana.
Saat itu, netraku terus menatapmu yang tengah berdiri membawa bendera dengan jas almamatermu. Kamu terlihat serius. Tak pernah ku lihat wajah serius itu. Seketika, seluruh atensiku tertuju kepadamu.
Cepat-cepat aku segera mengalihkan pandangan itu. memundurkan langkahku. Menjauh dari apa yang sedang terjadi. Tak ingin bila kau melihat diriku disini.
Sudah cukup diriku berharap dengan dirimu. Bagaimana mungkin aku bisa berharap kepada seseorang yang ending kejadiannya sudah tau akan seperti apa.
Sudah pernah ku katakan padamu bukan? Bahwa aku tidak akan pernah menulis tentang dirimu lagi. Tetapi, detik ini saat ini, aku salah. Nyatanya, tulisan ini telah membuktikan bahwa aku salah, aku telah kalah.. lagi. Perasaanku terlalu rapuh bila disandingkan dengan dirimu.
Kita terlalu berbeda dalam banyak hal.
“Kenapa tidak keluar Rin?” tangan seseorang menyentuh pundakku. Ah, ternyata Ibuku. Seketika lamunan itu buyar. Aku hanya menggelengkan kepalaku sebagai jawaban.
“Sudah malam, waktunya tidur.” Usap Ibu ke Kepalaku. “Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak perlu di pikirkan.” Tambahnya.
“Iya, Bu” jawabku yang langsung berdiri menuju ranjang tempat tidurku.
Setelah memastikan Ibuku keluar dari pintu, aku kembali membuka mata. Hatiku dari tadi merasa tidak tenang. Seolah-olah sesuatu telah terjadi kepadaku.
Saat itu, waktu menjelang sore. Matahari yang semula berada di atas, kini mulai kembali ke tempat asalnya. Warna orange yang dihasilkan di ufuk sebelah barat, saat itu terlihat sangat memukau. Ah, bukankah memang setiap saat seperti itu?
Langkah kakiku membawaku ke tempat di mana semua rasa bermula. Tempat di mana semua orang menjadikan tempat itu suci. Orang-orang beribadah disana.
Aku yang sudah selesai shalat kini tengah mengikatkan tali sepatu di kursi depan Masjid. “Sip! Sudah selesai!” ucapku.
Langkahku yang ringan, saat itu seolah-olah terhenti saat melihat langkah kaki itu melangkah menuju ke arahku. Secepat kilat langsung ku percepat langkahku, memastikan bahwa itu adalah dirinya yang saat itu terhalang ranting-ranting pepohonan. Saat itu juga, dia membalikkan badannya, ternyata dia salah menuju tempat wudhu wanita. Ingin ku tertawa kecil saat itu.
Dan ya, itu memang dirinya.
Ingin ku memanggil dirinya, tetapi, kata-kata itu seolah-olah terhenti dan tengsangkut di tenggorokan. Aku hanya bisa menatapnya sambil melangkah menjauh.
Ah, kenapa pertemuan ini seolah-olah tidak didukung oleh semesta? Bukankah semesta yang mempertemukannya disini. Tetapi, kenapa semesta juga yang menghalagi terjadinya pertemuan itu.
Seketika, aku teringat akan ucapanmu waktu itu. bahwa pertemuan yang tidak sempurna, akan membawa kita ke pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Tanpa sadar, bibirku tertarik ke atas. Menciptakan sebuah lengkungan yang indah.
Mataku melihat ke arah jam dinding yang tergantung di kamar. Ah teryata sudah larut malam. Batinku. Tanpa sadar, aku mulai mengantuk dan terbawa di alam mimpi.
Semoga semuanya akan baik-baik saja kedepannya.
Sabtu, 16 April 2022
Oleh : Hilyatul Karimah Azzahra (Kru Magang LPM Edukasi)
Tags
Cerpen