Dok. Google
Semarang, lpmedukasi.com - Sebagai makhluk berakal (حيوان الناطق), kita sering salah mengklaim bahwa kebenaran itu dari siapa yang membawakan, bukan dari kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata:
انظر مقال ولا تنظر من قال
"Lihatlah apa yang dibicarakan, bukan siapa yang membicarakan"
Dalam hal ini, epistemologi berperan penting agar cara kita mengetahui ilmu pengetahuan itu lebih terstruktur dengan baik. Karena kesalahan dalam menentukan cara atau alat untuk mendapatkan kebenaran akan membuat kesalahan pula dalam mendapatkan kebenaran itu sendiri.
Kita ambil contoh alat cukur rambut dan alat pemotongan pohon, keduanya sama-sama alat pemotong. Akan tetapi, jika salah dalam memilihnya maka akan salah pula keputusannya. Tidak mungkin kita memotong rambut dengan pemotong pohon, begitu juga sebaliknya. Agama dan seluruh peradaban yang ada di muka bumi itu diawali dari cara berpikir, misalnya nasib seseorang itu ditentukan oleh karakter dia, karakter dia ditentukan oleh kebiasaan dia, kebiasaan dia ditentukan oleh tindakan dia, dan tindakan dia besar kemungkinan ditentukan oleh pikiran dia. Misalnya orang yang mempunyai karakter sombong bisa menyebabkan banyak orang tidak suka berdekatan dengan orang itu, karena tidak ada manfaat serta ada mudhorot atau keburukan yang ditimbulkan oleh sifat sombong.
Contoh sifat atau karakter sombong misalnya kebiasaan pamer, memamerkan sesuatu kepada orang lain dengan perasaan superior. Ketika hal tersebut terus dibiasakan, bisa membentuk sifat sombong dan apabila dilakukan secara kontinyu bisa berubah menjadi karakter. Perilaku pamer ditentukan oleh satu tindakan dimana kita melihat pamer itu indah atau nikmat. Contohnya ketika kita punya mobil baru, handphone baru, dan berpikir bahwa "apabila hal ini diperlihatkan ke orang yang tidak punya akan terlihat woow" dan akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Berawal dari satu tindakan itu, kemudian kita merasakan hal yang nikmat ketika memamerkan itu dan menjadi kebiasaan kita untuk pamer.
Tindakan pamer besar kemungkinan ditentukan oleh pikiran dalam diri kita, misalnya kita berpikir "buat apa punya sesuatu yang kita miliki kalau tidak dipamerkan kepada orang lain". Oleh sebab itu, pikiran menjadi hal paling fundamental sebagai salah satu penentu bagi masa depan kita. Dalam filsafat pun ia dirapikan secara mendasar dalam satu perdebatan yang disebut dengan perdebatan epistemologi. Pada puncaknya melahirkan aksiologi tentang apa yang dimaksud etik dan tidak etik, estetik dan tidak estetik, itu ditentukan oleh epistemologi bagaimana kita mengolah pikiran. Dalam agama pikiran itu sangat berperan penting sehingga iman yang menjadi dasar agama itu ditentukan oleh pikiran yang rasional. Janganlah membenarkan kebiasaan tapi bisakan benar.
Dalam hal ini, epistemologi berperan penting agar cara kita mengetahui ilmu pengetahuan itu lebih terstruktur dengan baik. Karena kesalahan dalam menentukan cara atau alat untuk mendapatkan kebenaran akan membuat kesalahan pula dalam mendapatkan kebenaran itu sendiri.
Kita ambil contoh alat cukur rambut dan alat pemotongan pohon, keduanya sama-sama alat pemotong. Akan tetapi, jika salah dalam memilihnya maka akan salah pula keputusannya. Tidak mungkin kita memotong rambut dengan pemotong pohon, begitu juga sebaliknya. Agama dan seluruh peradaban yang ada di muka bumi itu diawali dari cara berpikir, misalnya nasib seseorang itu ditentukan oleh karakter dia, karakter dia ditentukan oleh kebiasaan dia, kebiasaan dia ditentukan oleh tindakan dia, dan tindakan dia besar kemungkinan ditentukan oleh pikiran dia. Misalnya orang yang mempunyai karakter sombong bisa menyebabkan banyak orang tidak suka berdekatan dengan orang itu, karena tidak ada manfaat serta ada mudhorot atau keburukan yang ditimbulkan oleh sifat sombong.
Contoh sifat atau karakter sombong misalnya kebiasaan pamer, memamerkan sesuatu kepada orang lain dengan perasaan superior. Ketika hal tersebut terus dibiasakan, bisa membentuk sifat sombong dan apabila dilakukan secara kontinyu bisa berubah menjadi karakter. Perilaku pamer ditentukan oleh satu tindakan dimana kita melihat pamer itu indah atau nikmat. Contohnya ketika kita punya mobil baru, handphone baru, dan berpikir bahwa "apabila hal ini diperlihatkan ke orang yang tidak punya akan terlihat woow" dan akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Berawal dari satu tindakan itu, kemudian kita merasakan hal yang nikmat ketika memamerkan itu dan menjadi kebiasaan kita untuk pamer.
Tindakan pamer besar kemungkinan ditentukan oleh pikiran dalam diri kita, misalnya kita berpikir "buat apa punya sesuatu yang kita miliki kalau tidak dipamerkan kepada orang lain". Oleh sebab itu, pikiran menjadi hal paling fundamental sebagai salah satu penentu bagi masa depan kita. Dalam filsafat pun ia dirapikan secara mendasar dalam satu perdebatan yang disebut dengan perdebatan epistemologi. Pada puncaknya melahirkan aksiologi tentang apa yang dimaksud etik dan tidak etik, estetik dan tidak estetik, itu ditentukan oleh epistemologi bagaimana kita mengolah pikiran. Dalam agama pikiran itu sangat berperan penting sehingga iman yang menjadi dasar agama itu ditentukan oleh pikiran yang rasional. Janganlah membenarkan kebiasaan tapi bisakan benar.
Penulis: Faizul Ma'ali (Kru Magang 2022)
Editor: Agustin
Tags
Opini