Wisuda
merupakan seremoni kelulusan bagi
mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Seremoni ini tentunya adalah hal
yang sangat ditunggu-tunggu mengingat mahasiswa setidaknya memerlukan waktu kurang
lebih 4 tahun untuk menyelesaikan seluruh tugas dan kewajibannya sebagai mahasiswa sebelum mendapatkan
gelar akademik.
Namun,
bagaimana jika jenjang pendidikan sekolah menggunakan istilah wisuda? Belakangan
ini media sosial seperti facebook
dan instagram cukup ramai dengan postingan perpisahan yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan dari tingkat Taman
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahkan hingga jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Diksi wisuda yang dulunya identik dengan kelulusan seorang mahasiswa dari
perguruan tinggi, kini juga digunakan untuk acara perpisahan siswa yang akan
naik ke jenjang selanjutnya. Seperti halnya siswa SMP kelas IX yang akan naik ke
kelas X SMA. Jika dilihat dari sejarahnya, perayaan kelulusan sudah menjadi
tradisi sejak kampus-kampus Eropa
mulai berdiri di abad ke-12. Tepatnya, ketika bahasa latin mulai digunakan
dalam lingkup pendidikan. Di Indonesia sendiri, kata wisuda berasal dari bahasa
jawa yaitu ‘wisudha’ yang berarti pelantikan bagi yang sudah
menyelesaikan pendidikan khususnya perguruan tinggi.
Sebuah
akun facebook
bernama Monica Begonia Flowers memberikan pendapatnya tentang hal ini. Monica yang juga
merupakan seorang dosen menganggap bahwa seremoni wisuda hanya sesuai jika digunakan
untuk momen kelulusan seorang mahasiswa, sehingga diksi perpisahan atau
kenaikan kelas lebih sesuai dengan tingkatan sekolah baik SD, SMP, maupun SMA.
Wisuda juga sangat identik dengan baju khas yang disebut toga. Toga merupakan
setelan panjang sejenis jubah yang dipakai oleh wisudawan dan juga para
petinggi kampus ketika prosesi wisuda. Toga berasal dari bahasa latin “tego”
yang berarti penutup. Selain memakai jubah, wisudawan juga mengenakan topi yang
memiliki tali. Ketika prosesi wisuda, secara simbolik rektor akan memindahkan
posisi tali yang ada di topi dari kiri ke sebelah kanan. Hal ini memiliki arti
jika semasa kuliah otak kiri yang lebih dominan pada hard skill, akan
berubah menjadi dominan otak kanan yang berkaitan dengan inovasi, kreatifitas,
dan soft skill lainnya.
Lantas
bagaimana ketika toga dikenakan oleh seorang siswa yang akan melanjutkan ke
jenjang berikutnya? Apakah ini hal yang tepat? Toga bisa didapatkan dengan cara
sewa maupun membelinya. Beberapa netizen yang curhat di facebook mengatakan bahwa
penggunaan toga untuk acara wisuda atau perpisahan sekolah tadi terlalu
mewah dan menelan biaya yang cukup banyak untuk mendapatkannya. Beberapa wali
murid merasa keberatan untuk membayar iuran wisuda atau perpisahan sekolah yang
melibatkan baju toga.
Acara
perpisahan sekolah sebaiknya tetap mengedepankan kesepakatan dengan wali murid
terkait pembiayaan. Kurang
relevan rasanya jika ada wali murid yang merasa keberatan dengan iuran wisuda yang terlalu tinggi.
Penggunakan diksi wisuda atau perpisahan juga perlu didiskusikan lagi, terutama
tentang substansi dan kegunaannya.
Penulis : M. Ali Mahfudz (Kru Magang 2022)
Editor : Zulfi