Dok. Redaksi
SEMARANG, lpmedukasi.com - Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Seminar Parenting Islam di Gedung Auditorium 2 Kampus 3, Senin (18/03/2024). Acara ini menghadirkan Ning Imaz Fatimatuz Zahra sebagai narasumber.
Ning Imaz, begitu panggilan akrabnya, menjelaskan ada rumus dari Ali bin Abi Thalib tentang cara mendidik anak dalam Islam yaitu rumus 7x3.
“Ali bin Abi Thalib memberikan contoh pola asuh anak dalam Islam, yaitu dengan rumus 7x3. Maksudnya yaitu tahapan mendidik anak dalam Islam dibagi menjadi 3 tingkatan di setiap usia kelipatan tujuh,” ucapnya.
Tahapan yang pertama yaitu ketika anak berusia 0-7 tahun. Orang tua hendaknya memperlakukan anak seperti raja dan ratu. Orang tua harus berusaha menahan emosi ketika anak melakukan kesalahan karena pada usia ini anak belajar untuk mengenal konsep diri positif.
“Tujuh tahun pertama anak diibaratkan seperti raja dan ratu, perlakukan mereka dengan baik dan jangan sering memarahi mereka. Pada tahap ini, anak belajar memiliki konsep diri positif. Ketika dirinya dianggap sebagai anak yang pandai, anak akan membentuk concern dirinya yang akan dibawa sampai masa depan, ” jelasnya.
Tahapan yang kedua yaitu ketika anak berusia 8-14 tahun, orang tua sebaiknya mulai memberikan pendidikan kedisplinan. Pada tahap ini, anak sudah memasuki usia mumtaz, yaitu usia yang sudah bisa membedakan antara hal yang baik dan yang buruk.
“Tujuh tahun kedua yaitu usia 8-14 tahun, anak harus mulai diberi pendidikan kedisplinan. Beri hukuman jika melakukan kesalahan dan beri apresiasi jika melakukan hal yang benar. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena pada masa ini anak sudah memasuki usia Mumtaz, sudah bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk,” jelasnya.
Tahapan yang terakhir yaitu ketika anak berusia 15-21 tahun, orang tua perlu memposisikan anak sebagai seorang sahabat. Pada tahap ini orang tua bisa mengajak anak untuk berbicara dari hati ke hati. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan ruang kebebasan bagi anak untuk meraih takdir atau cita-citanya.
“Tahap yang terakhir yaitu ketika anak berusia sekitar 15-21 tahun, posisikan anak sebagai sahabat. Mulai sering ajak mereka curhat atau bercerita, dan beri anak ruang kebebasan berekspresi melakukan hal yang mereka suka. Orang tua juga tetap berupaya mengantarkan anak kepada takdir terbaiknya tanpa merasa mampu mengontrol mereka,” pungkasnya.
Reporter: zul (Kru 21)
Editor: Agustin