Ilustrasi kaki meja (google) |
Bapakmu yang temperamen
Mendapat jodoh Ibumu yang pasrah
Walah, apa dikata
Dibanting pun diam balasnya
Kamu di mana?
Aku mengintip dari kamar dan terhalang kaki meja
Saat dewasa, gantian Aku yang berkelana
Sekolah sudah tuntas kemarin lusa
Saatnya menjadi bawahan cukong penguasa
Kusebar lamaran ke sana kemari
Sepi saja tak ada jawaban
Dapat satu rumah makan, ah restoran
Biasa saja tapi gajinya lumayan
Sehari dua hari kucoba
Baru kutahu angkuhnya manusia
Paling Aku tertunduk takzim dicercanya, mengamati secara saksama kaki meja
Kemudian Aku mengenal dan menyukaimu
Ah si cantik dengan bedak pupur yang putih bak donat
Bedak karungan yang sering Kulihat Kau pakai bahkan Kuhafal baunya
Langsung saja Kunikahi saat duitku ada
Sebulan baru keluar sifat aslimu
Kaubanting barang karena setoran harian kurang
Mengomel sepanjang Jalan Anyer Panarukan saat Aku lupa titipanmu sepulang kerja
Menyindirku hanya karena duit lima ribu Kupakai ngopi di warung
Pulang kerja Kausisakan kerak nasi dan ampas tahu bekas kena sendok sebagai lauknya
Tertunduk lagi Aku
Pada Kaki meja dapur yang warnanya menghitam kena daki
Rasanya sepanjang hidup, kaki meja melihat lebih banyak peristiwa
Daripada mata-mata penguasa
Ini sajak cinta dari sebagian juta rakyat Indonesia
Yang hidup di bantaran kali, punggung pasar, dan kaki persawahan Kita
Karya: Reinanda Pramudita
10 Januari 2024