Semarang, lpmedukasi.com - Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mengadakan Talkshow Inspiratif Mahasiswa, dalam rangka merayakan puncak Harlah ke-54 PAI, diselenggarakan di Auditorium 2 Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang pada Kamis (26/09/2024).
Acara ini mengangkat tema “Menggapai Cinta llahi dalam Menempuh Pendidikan Tinggi”, dengan menghadirkan Gus Ahmad Kafabihi dan Ning Sheila Hasina dari Lirboyo, Jawa Timur sebagai narasumber.
Tujuan acara ini digelar untuk memotivasi mahasiswa agar tidak melupakan aspek-aspek keislaman, meskipun sudah menjadi mahasiswa.
“Tujuan diselenggarakan talkshow ini supaya mahasiswa tidak melupakan aspek-aspek penting terhadap keislaman, apalagi kita universitasnya berbasis islam. Jadi nilai keislamannya tidak terlepas dari diri kita masing-masing” ujar Firda Rahmatun selaku ketua panitia.
Gus Ahmad Kafabihi atau sering disebut Cak Ahmad menjelaskan bahwa ada beberapa problematika dalam mencari ilmu bagi mahasiswa.
"Problematika yang pertama yaitu pusingnya menghadapi sistem akademik yang tinggi. Mahasiswa setiap hari dituntut buat makalah, buat artikel merupakan sebuah tantangan yang harus diterima oleh mahasiswa. Jangan berharap sukses kalau tidak menerima dengan yang namanya proses,” jelasnya.
Cak Mad menambahkan adanya problematika yang kedua soal keuangan bagi mahasiswa.
"Problematika yang kedua yaitu keuangan. Dalam mencari ilmu kita harus memiliki bekal. Apabila mahasiswa ingin keuangannya baik, maka hiduplah dengan kesederhanaan dan tidak perlu memperdulikan gengsi," tambahnya.
Senada dengan Cak Mad, Ning Sheila sampaikan problematika yang ketiga mengenai circle pertemanan.
"Problematika yang ketiga yaitu Circle Pertemanan. Circle pertemanan sangat mempengaruhi dalam mencari ilmu. Teman yang baik efeknya jauh lebih besar, maka mahasiswa harus pintar berkompetisi,” ujar Ning Sheila.
Tambahnya di akhir penyampaian, ia mengungkapkan problematika yang terakhir mengenai teknologi bisa menjadi manfaat atau merugikan.
"Problematika yang terakhir yaitu teknologi. Teknologi bisa menjadi manfaat dan bisa menjadi madharat atau merugikan, harus pintar-pintar memilah-milih dan tidak menyalahgunakan kecanggihan teknologi," ungkapnya.
Reporter: Sifana (Kru Magang 23)