Doc. AI Generator |
Era Society 5.0 merupakan kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0 yang mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis. Jika Revolusi Industri 4.0 berfokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence), data dalam jumlah besar (big data), dan robotik untuk meningkatkan efisiensi, maka Society 5.0 menempatkan manusia sebagai pusat pengembangan teknologi. Dalam konteks ini, pendidikan memegang peranan strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, dan adaptif terhadap perubahan.
Transformasi Sistem Pendidikan di Era Society 5.0
Pendidikan di era Society 5.0 tidak hanya sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membangun kecakapan hidup yang relevan dengan tantangan zaman. Sistem pembelajaran di era ini dirancang untuk mengembangkan soft skills dan hard skills yang dikenal dengan kecakapan abad ke-21 atau konsep 6C: karakter (character), kewarganegaraan (citizenship), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication). Fokus pada nilai-nilai humanis semakin ditekankan, dengan kurikulum yang tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi akademis tetapi juga pada pembentukan karakter.
Sebagai contoh, pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) menjadi salah satu metode yang relevan, karena mendorong siswa untuk berkolaborasi, berpikir kritis, dan menghasilkan solusi nyata untuk permasalahan sehari-hari. Metode ini juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dan mengaplikasikan teknologi dalam konteks sosial.
Kompetensi Literasi di Era Baru
Selain 6C, pelajar di era Society 5.0 juga dituntut menguasai enam literasi dasar: baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya serta kewarganegaraan. Namun, tantangan di era ini tidak hanya berhenti di sana. Literasi dasar perlu diperkuat dengan kompetensi tambahan seperti kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah (problem-solving), kolaborasi lintas disiplin, dan pembentukan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Misalnya, literasi digital menjadi aspek penting di tengah banjir informasi dari berbagai platform teknologi seperti internet dan media sosial. Pelajar tidak hanya dituntut untuk mengakses informasi, tetapi juga mampu memilah, menganalisis, dan memanfaatkan informasi tersebut secara bijak.
Teknologi sebagai Mitra dalam Pembelajaran
Era Society 5.0 menghadirkan peluang besar untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar tidak lagi terbatas pada buku sebagai sumber utama, tetapi memanfaatkan berbagai platform digital seperti aplikasi edukasi, video pembelajaran, simulasi virtual, hingga ruang kelas berbasis cloud. Teknologi juga membuka akses pendidikan yang lebih luas, termasuk bagi daerah terpencil, melalui konsep pembelajaran jarak jauh (distance learning).
Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan teknologi harus diimbangi dengan pendekatan humanis. Guru tetap memegang peranan penting sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal, baik secara intelektual maupun emosional.
Menghadirkan Generasi Unggul dan Berkarakter
Peran pendidikan di era Society 5.0 sangat krusial untuk menciptakan generasi unggul yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral, sikap kolaboratif, dan empati sosial. Dengan mengintegrasikan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan menjadi jembatan untuk membentuk individu yang mampu menghadapi tantangan global tanpa melupakan akar budaya dan nilai lokal.
Pada akhirnya, keberhasilan menghadapi era Society 5.0 bergantung pada sinergi antara pemerintah, pendidik, siswa, dan masyarakat. Dengan memperkuat peran pendidikan dan pembelajaran, Indonesia dapat melahirkan generasi yang tidak hanya siap berkompetisi di tingkat global, tetapi juga mampu membawa dampak positif bagi peradaban manusia.
Penulis: Amelia Mulyaningrum
Editor: Agustin