Saling Serang Personal saat Debat Kandidat, HMJ PAI Dinilai Saling Unjuk Diri.

Debat Kandidat Calon Ketua HMJ dan DEMA FITK, bertempat di Gedung Auditorium 1 Kampus 1 UIN Walisongo Semarang


SEMARANG, lpmedukasi.com - Debat Kandidat Calon Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) menuai berbagai tanggapan. Calon Ketua HMJ Pendidikan Agama Islam (PAI) terdiri dari dua kandidat, yakni Ahmad Syakif dan Nur Fahni paling disorot, dianggap saling menyerang secara personal, pada Senin (23/12/2024).

Salah satu penonton yang hadir turut melontarkan pertanyaan kepada Calon HMJ PAI, Abdul Adzim, mengatakan, debat bagi kedua kandidat menunjukkan pada narasi yang saling memojokkan satu sama lain.

"Sesi pertama tadi, HMJ lainnya lebih mengarah pada perang secara strategi, sedangkan HMJ PAI asyik mengurusi urusannya masing-masing, saling memojokkan. Jadi, bagi saya debat macam apa ini, saya cukup kecewa dengan debat seperti ini," ucapnya.

Menurutnya dalam sesi wawancara lebih lanjut, kedua calon saling unjuk diri, dan menunjukkan bahwa mereka sama-sama merasa paling baik.

"Terkait debat ini tadi, sangat asyik bagi HMJ yang lain, terkecuali bagi HMJ PAI, karena dari HMJ PAI lebih mengarah pada saling menjatuhkan satu sama lain. Mereka sama-sama ingin menunjukkan bahwa dia yang paling baik," ujarnya.

Ia menambahkan keterangan lebih lanjut, bahwa isi dalam debat tadi tidak tepat untuk disampaikan dalam forum, dan tidak memiliki makna yang berarti bagi HMJ PAI selanjutnya.

"Bagi saya kurang relevan untuk dilontarkan saat debat, sampai isi dalam debat tadi bisa dibilang tidak ada isinya. Bahkan, isinya hanya saling menjatuhkan tanpa ada kesimpulan yang jelas bagi HMJ PAI ke depannya," tambahnya.

Penuturan tersebut ditanggapi oleh kedua belah pihak, mereka menjawab dengan berbagai alasan yang mengarah kepada saling serang di antaranya keduanya.

Calon nomor urut 1, Ahmad Syakif menanggapi hal tersebut dengan penuturan yang ada mengenai emosional debat tinggi, hingga menyebabkan pertarungan sengit ke arah personal.

"Mungkin lebih ke emosional debatnya yang tinggi, jadi di jenjang ini kita bertarung. Tadi sudah disinggung soal langkah konkret apa yang dilakukan, arah gerak, dan langkah kerjanya seperti apa. Tetapi, yang lebih ditonjolkan memang lebih ke serunya dan saling serang," ungkapnya.

Nur Fahni, selaku calon nomor urut 2 menanggapi dengan tanggapan yang berbeda, ia mengaku bahwa telah dituduh yang tidak sesuai dengan realita, hingga menyebabkan balasan ke arah personal.

"Memang benar apa yang dikatakan audiens tadi, di sini saya berada pada sisi orang yang terzalimi. Di mana dari calon sebelah, membuat fitnah dan tuduhan yang buruk tentang saya. Sebagaimana yang saya dengar, bahwa ketika kita dizalimi kita boleh membalas zaliman orang tersebut, walapun yang lebih baik memaafkan," ucapnya.

Kejadian tersebut, mendapat perhatian dari salah satu panelis debat, Anang, menuturkan, seharusnya saling adu serang antar personal tidak disampaikan dalam debat.

"Para calon juga berdebat menggunakan gagasan-gagasannya, dan prokernya masing-masing. Walaupun ada calon yang mengarah ke personal, seharusnya tidak perlu disampaikan dalam debat," tuturnya.


Reporter: Tim Redaksi LPM Edukasi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak