Doc. Faizul. |
lpmedukasi.com - Disclaimer di awal: yang kalian baca ini hanyalah opini pribadi. Saya juga bukan siapa-siapa. Jadi, daripada buang waktu, mungkin lebih baik skip saja. Tapi kalau mau lanjut baca, silakan. Saya nggak maksa, kok.
Yuk, refleksi sejenak. Nggak lama, kok, dibandingkan waktu kita saat scrolling sosial media berjam-jam.
Sebelum mulai, janji dulu sama diri sendiri: setelah baca ini, kita harus berubah. Kalau kita masih di sini, berarti kita ingin jadi bagian dari yang top one percent. Kita sudah bosan dengar orang sukses ceramah, kali ini kita mau sesuatu yang beda. Setelah membaca, kita punya dua pilihan:
1. Diam, nyaman, dan nyinyir saat lihat orang lebih sukses.
2. Bergerak, keluar dari zona nyaman, dan nggak ada waktu untuk nyinyir lagi.
Kabar buruknya, kita ada di sini karena lebih sering menjadi sosok pada opsi pertama. Kabar baiknya, dengan adanya opsi kedua, kita bisa mengubah akhir cerita hidup dengan menyerap semua intisari dari opini ini. Saya memang bukan siapa-siapa, tapi itu bukan berarti saya tidak bisa menjadi apa-apa. Ingat, siapa pun bisa menjadi apa pun asalkan mau belajar di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
Jadi, kuncinya apa? Kalau masih ingin membaca, lanjutkan sendiri. Saya juga tidak memaksa, karena perubahan sejati hanya ada dalam diri sendiri. Yang bisa menyelamatkan diri kita hanyalah diri sendiri, begitu pula yang mampu menyembuhkan. Orang-orang di sekitar hanya dapat membimbing kita menuju arah tujuan; apakah kita akan sampai atau tidak, sepenuhnya bergantung pada keputusan dan usaha kita sendiri. Jadi, masih tertarik melanjutkan membaca opini ini? Kalau masih mau lanjut, ayo refleksi diri bersama!
Berhenti Masturbasi Mental
Ayo berhenti melakukan masturbasi mental. Saya tahu ini tidak nyaman, terutama bicara soal mental saat bersama teman. Jangan terlalu merasa tidak enakan pada teman sendiri. Mereka belum tentu peduli dengan apa yang kita rasakan. Jadi, peduli sewajarnya saja, tidak perlu berlebihan.
Ubah Pola Pikir, Ambil Tindakan
Bicara soal kecemasan di usia quarter-life crisis. Kita sering cemas karena merasa belum ada hasil. Kenapa nggak ada hasil? Karena nggak tahu mau ngapain. Kenapa nggak tahu? Karena jarang refleksi diri. Semua itu lingkaran yang bikin kita merasa nggak bisa apa-apa.
Nah, coba ganti pola pikir kita:
"Saya gagal" jadi "Saya berkembang."
"Kenapa ini terjadi?" jadi "Apa yang bisa saya pelajari?"
"Saya nyerah" jadi "Saya akan cari jalan lain."
"Ini nggak mungkin" jadi "Gimana caranya ini bisa?"
"Saya nggak bisa" jadi "Saya masih belajar."
"Saya nunggu kesempatan" jadi "Saya ciptakan kesempatan."
Pilih aksi kecil yang punya dampak besar. Tukar waktu nonton Netflix dan drakor dengan podcast cara atasi overthinking, investasi tidur malam dengan bangun pagi, scrolling medsos dan FOMO dengan baca buku atau olahraga. Bangun lebih pagi. Fokus ke diri sendiri.
Semua Butuh Usaha, Pilih Susah yang Mana?
Gendut susah, sehat juga susah. Kerja untuk orang lain susah, bikin bisnis sendiri juga susah. Sendiri susah, punya pasangan juga susah. Bangun siang susah, bangun pagi juga susah. Jujur saja, opini ini berangkat dari real life diri saya sendiri. Hidup selalu ada tantangannya. Pilih tantangan yang membawa kita lebih dekat ke tujuan.
Tentang Validasi Diri
Pernah merasa semua orang punya persepsi berbeda soal kita? Ada yang lihat kita introvert, pansos biar dianggap ekstrovert. Ada yang bilang kita dingin, tapi ada juga yang merasa kita ramah, ada yang melihat kita dingin dan tajam, ada yang melihat kita hangat dan baik ke setiap orang. Intinya, kita terus menciptakan versi diri sendiri di otak orang lain. Padahal, yang benar-benar tahu siapa kita hanyalah diri kita sendiri. Lagi-lagi eksistensi baik buruknya seseorang itu tergantung siapa yang bercerita, maka kuncinya bukan hanya mendengar, tetapi juga bertanyalah dari sumbernya.
Jadi, nggak usah habiskan waktu buat mikirin apa kata orang. Fokus ke diri sendiri. Kita nggak butuh banyak motivasi. Yang kita perlukan hanyalah kendali diri. Mulai saja dengan apa yang ada. Jangan tunggu hoki, siapkan diri. Jangan sibuk, tapi fokus. Jangan tahu semuanya, tapi mulai salah satunya.
Cowok dan Validasi Maskulinitas
Sedikit membongkar terkait cowok. Ini bisa jadi pelajaran juga buat para cewek. Buat para cowok, cowok itu harus kuat. Cowok itu normalnya jarang mengeluh. Cowok itu harus pintar kapan harus dipendam, kapan harus diceritakan, jangan semua diceritakan. Cowok itu peluk lukanya, makanya dia jarang nangis karena ingin terlihat kuat. Cowok itu jarang dirayakan karena dituntut lebih kuat dibandingkan cewek dalam hal apapun. Ya, walaupun sebenarnya mereka itu nggak sekuat itu. Mereka juga manusia biasa. Jadi, rayakan pencapaiannya, hargai kehadirannya, dan temani saat susah. Hal kecil seperti ini bisa membuat mereka tetap bertahan.
Kenapa Panik Itu Wajar
Sekarang kita masuk ke topik pembahasan soal panik. Kenapa harus panik? Ya, kalau ditanya kenapa, jawabannya ada pada diri sendiri. Usia 20-an penuh pencarian jati diri. Panik itu normal, bahkan perlu. Kalau nggak panik, mungkin kita nggak sadar mau ngapain. Jangan biarkan rasa panik jadi musuh. Ubah jadi bahan bakar untuk bergerak. Jadi mulai sekarang, detik ini, jam ini tanyakan dan pastikan lagi kepada diri kita.
Sukses Nggak Harus di Bawah 30
Diantara bagian dari validasi yaitu membandingkan kesuksesan kita dengan orang lain. Kesuksesan punya banyak rumus, seperti angka 10 yang bisa dicapai dengan berbagai cara: 8+2, 5×2, atau 20÷2. Itulah gambaran dari berbagai macam proses dari setiap individu manusia. Fokus pada proses, dan hasil akan mengikuti. Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya jalan masing-masing.
Pengembangan Diri, Bukan Cuma Buat Roti
Lanjut ke topik pengembangan diri. Bukan hanya roti yang bisa ngembang, kita juga harus berkembang. Pengembangan diri adalah kerjaan kita setiap harinya kalau kita lagi normal. Pengembangan diri adalah gaya hidup. Kalau hidup terasa jalan di tempat, itu karena kita nggak punya visi atau nggak tahu tujuan. Jangan biarkan diri tersesat. Buat visi yang jelas, bikin langkah konkret, dan rayakan kemenangan kecil setiap hari.
Coba balik lagi ke value-nya. Kita adalah nilai tambahnya, tanpa pergerakan dari diri sendiri, value hanya sebuah kata. Coba tanya ke diri sendiri, kata apa yang ingin diasosiasikan atau diterapkan oleh diri sendiri. Identifikasi kenapa, kira-kira apa yang benar-benar bikin kita termotivasi, bikin kita jadi lebih spesifik. Apa hasil spesifik yang benar-benar kita ingin capai? Vision statement masa depan seperti apa yang diinginkan untuk diri sendiri dan orang lain. Bikin action plan, langkah-langkah apa yang perlu kita ambil. Rayakan kemenangan-kemenangan yang sudah diraih hari ini. Sekecil apapun kemenangan itu sekarang.
Sampai sini, setidaknya kita udah punya peta buat beraksi. Contoh kecilnya dalam penerapan olahraga yang sering dikira akan menjadi merasa lemah, tapi sebenarnya membuat kita lebih kuat. Belajar hal baru bikin kita merasa bodoh, tapi sebenarnya menambah pintar. Berinvestasi pada diri sendiri terasa berat, tapi itu menambah kekayaan sejati. Takut menghadapi tantangan? Justru itu akan membuat kita lebih berani. Jangan pernah menahan diri kita untuk berusaha menjadi lebih baik di esok hari dibandingkan hari ini. Suatu hari nanti, kita akan berterima kasih pada diri sendiri untuk semua usaha yang kita lakukan hari ini.
Penulis: Abdus Salam Bariklana (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Walisongo Semarang)
Editor: Agustin