![]() |
Doc. google |
Judul: Pengepungan di Bukit Duri
Sutradara: Joko Anwar
Skenario: Joko Anwar
Produser: Joko Anwar, Tia Hasibuan
Studio Produksi:
Amazon MGM Studios
Come and See Pictures
Pemeran:Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, Bima Azriel, Landung Simatupang, Emir Mahira.
Tanggal Rilis: 17 April 2025
Resensi Film:
Pengepungan di Bukit Duri merupakan karya terbaru dari sutradara ternama Joko Anwar yang dikenal dengan sentuhan khasnya dalam genre action dan thriller. Film ini disajikan dengan ketegangan yang intens dan narasi yang menggugah, serta menyelipkan isu-isu sosial yang relevan di Indonesia, seperti kerusakan sistem pendidikan, diskriminasi sosial, dan perundungan.
Kisah bermula dari Edwin dan kakaknya, Silvi, yang berasal dari etnis Tionghoa. Saat hendak pulang sekolah, mereka terjebak dalam kerusuhan antara masyarakat dengan etnis Tionghoa. Kekerasan brutal seperti penjarahan, pemerkosaan, dan pembunuhan dilakukan secara terang-terangan terhadap etnis minoritas ini. Dalam kekacauan tersebut, Silvi diculik dan menjadi korban pemerkosaan.
Tujuh belas tahun setelahnya Silvi mengandung anak yang tidak diinginkan akibat dari pemerkosaan. Silvi lantas berpesan kepada adiknya untuk mencari anaknya yang saat ini sedang bersekolah di SMA di area sekitar Jakarta Timur. Edwin kemudian menyamar menjadi guru SMA untuk mencari keponakannya tersebut. Sekolah terakhir yang Edwin kunjungi yaitu SMA Duri yang salah satu kelasnya diisi oleh para berandal. Sejak saat itu, Edwin selalu mendapatkan perlakuan yang tidak pantas bukan dari para guru melainkan dari murid-muridnya sendiri.
Film ini memiliki kelebihan dalam penyajian alur cerita yang mudah diikuti dan dikemas secara menarik. Setiap adegan dipenuhi ketegangan yang konsisten, diselingi dengan sentuhan komedi yang menyegarkan. Penampilan para pemeran serta kualitas sinematografi menjadi nilai tambah yang patut diapresiasi.
Namun demikian, film ini juga memiliki kekurangan. Penggunaan bahasa yang kasar seperti kata-kata “anjing” dan “babi” dapat dianggap kurang pantas dan mengganggu sebagian penonton. Selain itu, film ini tidak disarankan bagi penonton yang tidak nyaman dengan adegan berdarah atau unsur gore yang cukup dominan.
Peresensi : Muhammad Fatih